Kabar Akhirat: Yang Pasti dan Yang Terlupakan


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

بسم الله الرحمن الرحيم.
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا. من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين.

Segala puji hanyalah untuk Allah Rabbul ‘Ālamīn, Rabb semesta alam. Selawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa ta’ala limpahkan kepada Nabi kita Muhammad sallallahu alaihi wasallam, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.

Pendahuluan: Kedudukan dan Hakikat Iman kepada Hari Akhir

Di antara rukun iman yang harus kita imani bersama, dan tidak sah keimanan seseorang sampai beriman dengan seluruh rukun iman tersebut, adalah beriman kepada hari akhir. Para ulama mendefinisikan iman kepada hari akhir sebagai keyakinan terhadap seluruh perkara yang terjadi setelah kematian.

Rangkaian keimanan ini mencakup:

  • Beriman terhadap fitnah kubur, serta nikmat dan azab kubur yang terjadi di alam barzakh.
  • Beriman pada kebangkitan manusia dari kuburnya.
  • Beriman bahwa manusia dan seluruh makhluk akan dikumpulkan.
  • Beriman bahwa mereka akan dihisab dan amalan mereka akan ditimbang.
  • Beriman bahwa orang-orang yang beriman akan menyeberangi اَلصِّرَاط (aṣ-ṣirāṭ).
  • Beriman bahwa setelah semua itu, Allah akan membagi manusia; ada yang masuk ke dalam surga dan ada yang masuk ke dalam neraka.

Maka, keimanan, keyakinan, dan kepercayaan terhadap adanya hari akhir adalah sesuatu yang harus ada di dalam diri seorang mukmin.

Kepastian Berita Akhirat: Sumber dan Bukti

Berita-berita akhirat merupakan sebuah kepastian. Sumber dari berita-berita tersebut adalah sumber yang benar secara mutlak, yaitu Al-Qur’an yang merupakan wahyu dari Allah, dan hadis-hadis Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang juga merupakan wahyu.

  • Kebenaran Al-Qur’an: Allah berfirman, وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ قِيلاً (Wa man aṣdaqu minallāhi qīlā), yang artinya, “Dan tidak ada yang lebih benar ucapannya daripada ucapan Allah Subhanahu wa taala.” Rasulullah ﷺ juga bersabda, فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ (Fa inna aṣdaqal-ḥadīthi kitābullāh), yang artinya, “Maka sesungguhnya ucapan yang paling benar adalah Kitabullah.”
  • Kebenaran Hadis: Nabi ﷺ tidak berbicara dari hawa nafsunya. Sebagaimana firman Allah, وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰٓ . إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ (Wa mā yanṭiqu ‘anil-hawā. In huwa illā waḥyuy yūḥā), yang artinya, “Tidaklah apa yang keluar dari lisan beliau kecuali itu adalah wahyu yang telah diwahyukan kepada beliau.”

Rangkaian Peristiwa yang Pasti Terjadi (Haq)

Berikut adalah sebagian dari berita-berita akhirat yang merupakan sesuatu yang hak dan pasti akan terjadi:

  • Kematian: Setiap jiwa akan merasakan kematian (كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ). Tidak ada yang kekal, termasuk para nabi dan rasul.
  • Kebangkitan: Kita semua akan dibangkitkan. Allah berfirman, قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ (“Katakanlah, ‘Demi Rabbku, sesungguhnya kalian akan dibangkitkan.'”). Alam barzakh hanyalah tempat transit sementara.
  • Pengumpulan (Mahsyar): Kita akan dikumpulkan di Padang Mahsyar. قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ. لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَـٰتِ يَوْمٍۢ مَّعْلُومٍۢ (“Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir semuanya sungguh mereka akan dikumpulkan di hari yang sudah diketahui.'”).
  • Hisab (Perhitungan Amal): Kita semua akan dihisab oleh Allah. إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُم (“Hanya kepada Kami mereka akan kembali. Kemudian atas Kami untuk menghisab mereka.”).
  • Timbangan Amal (Mizan): Amalan kita akan ditimbang. وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ (“Dan timbangan di hari tersebut adalah sesuatu yang benar terjadi”). Barangsiapa yang berat timbangan kebaikannya, merekalah yang beruntung, dan barangsiapa yang ringan timbangan kebaikannya, merekalah yang merugi.
  • Jembatan As-Sirat: Melewati jembatan As-Sirat adalah sesuatu yang hak, yang akan dilalui oleh semua orang beriman termasuk para nabi dan rasul. Jembatan ini dipasang di atas neraka Jahanam, yang disebutkan lebih kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang.
  • Surga dan Neraka: Keduanya adalah hak. Nabi ﷺ bersabda, وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ (“Surga adalah hak dan neraka adalah hak.”).

Paradoks Kehidupan: Kepastian Akhirat dan Kelalaian Manusia

Meskipun berita-berita tersebut adalah kepastian, banyak manusia berada dalam kelalaian. Allah berfirman, ٱقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ مُّعْرِضُونَ (“Telah dekat untuk manusia hisab mereka, dan mereka dalam keadaan lalai, dalam keadaan mereka berpaling.”). Kelalaian ini memiliki berbagai tingkatan, mulai dari yang tidak beriman sama sekali hingga yang beriman namun lalai karena kesibukan dunia, pekerjaan, dan faktor lainnya.

Perbandingan Antara Berita Akhirat dan Berita Dunia

Perbedaan antara menyibukkan diri dengan berita akhirat dan berita dunia sangatlah jauh:

  • Sumber dan Kepastian:
    • Berita Akhirat: Bersumber dari Al-Qur’an dan hadis yang kebenarannya pasti.
    • Berita Dunia: Berasal dari manusia yang ilmunya sangat kurang, terkadang salah (sengaja atau tidak sengaja), dan tidak bisa dipastikan kebenarannya.
  • Manfaat dan Mudarat:
    • Berita Akhirat: Setiap kali membacanya, akan mendatangkan ketenangan hidup. Bagi yang kaya, ia akan sadar pentingnya berhati-hati dalam mencari dan menginfakkan harta. Bagi yang miskin, ia akan ingat bahwa penderitaan akan berakhir dan akan mendapat kenikmatan jika taat.
    • Berita Dunia: Tidak semuanya bermanfaat. Banyak yang justru membawa mudarat, keresahan, kecemasan, dan ketakutan. Para pembuat berita seringkali tidak peduli akan manfaat atau mudaratnya, karena niat mereka bermacam-macam, seperti tujuan duniawi atau politik.
  • Nilai Ibadah:
    • Berita Akhirat: Membacanya (mempelajari Al-Qur’an dan hadis) akan mendapatkan ganjaran dan pahala.
    • Berita Dunia: Membacanya tidak bernilai ibadah, bahkan terkadang diiringi maksiat seperti pembawa berita yang tidak menutup aurat atau adanya musik.

Tuntutan dan Konsekuensi Iman

Berita tentang akhirat menyadarkan kita bahwa setelah kehidupan dunia ini akan ada kehidupan lain yang sebenarnya. Ini menuntut kita untuk memanfaatkan usia yang singkat dengan ilmu dan amal saleh, serta mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan panjang menuju Allah. Namun, kenyataannya banyak dari kita menghabiskan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Sebuah survei menunjukkan bahwa orang Indonesia bisa menghabiskan 7 sampai 8 jam di depan media sosial setiap hari, sebuah kerugian yang besar.

Sesi Tanya Jawab

Pertanyaan 1: Bolehkah memindahkan makam orang tua/nenek dengan alasan agar dekat dengan kuburan keluarga dan khawatir anak cucu lupa berziarah?

Jawaban: Kehormatan seorang muslim harus dijaga baik saat hidup maupun setelah meninggal. Hukum asalnya adalah tidak boleh memindahkan kuburan. Pengecualian hanya dibolehkan jika ada sebab darurat yang syar’i, seperti kuburan tersingkap karena banjir atau terkena proyek pemerintah yang maslahatnya besar (misalnya, jalan tol). Alasan ingin berkumpul dengan keluarga bukan termasuk alasan syar’i yang dibenarkan. Adapun kekhawatiran tidak ada yang menziarahi, hal itu bisa diatasi dengan cara lain, seperti saling mengingatkan dan mendoakan, karena mendoakan orang yang telah meninggal bisa dilakukan di mana saja.

Pertanyaan 2: Bagaimana keutamaan menuntut ilmu bagi wanita yang sedang haid dan mendengarkan kajian dari rumah?

Jawaban: Wanita yang haid tidak boleh duduk di masjid. Namun, jika ia berada di luar masjid atau di rumahnya dalam keadaan mendengarkan kajian, maka semoga dia masuk dalam hadis Nabi ﷺ: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu di dalamnya, maka Allah Subhanahu wa ta’ala akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” Apa yang dilakukannya (mendengarkan dan menyimak di rumah) adalah bagian dari menempuh jalan dalam menuntut ilmu agama. Semoga dia mendapatkan pahala sebagaimana disebutkan dalam hadis tersebut.

Pertanyaan 3: Bolehkah kita mengambil ilmu agama dari terjemahan AI (Kecerdasan Buatan)?

Jawaban: Teknologi adalah nikmat dari Allah yang harus kita syukuri dengan memanfaatkannya untuk kebaikan, termasuk menuntut ilmu. Namun, perlu diperhatikan bahwa AI tidak semuanya sempurna dan bisa melakukan kesalahan. Jika salah dalam urusan dunia mungkin masih ringan, tetapi jika salah dalam masalah agama, ini perlu diwaspadai. Berdasarkan pengalaman, AI terkadang salah dalam menyampaikan maklumat agama, misalnya menyebut bahasa Arab biasa sebagai ayat Al-Qur’an. Asal dalam menuntut ilmu agama adalah dengan belajar secara offline atau talaqqi dari para guru (asatizah) ahlus sunnah secara bertahap. Kita bisa memanfaatkan AI jika kita sudah punya bekal untuk membedakan mana yang benar dan salah, namun tidak boleh menganggap AI sebagai guru utama (syekh), karena asal menuntut ilmu adalah dari para ulama (masyaikh) dan guru.

Wasallallāhu ‘alā nabiyyinā Muḥammad wa ‘alā ālihi wa ṣaḥbihi ajma‘īn.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

#Prolog

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ’anhu. Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu secara langsung dengan melenyapkan ilmu itu dari manusia. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama. Sehingga apabila Allah tidak menyisakan orang berilmu lagi, orang-orang pun mengangkat para pemimpin yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.’” (HR. Bukhari)

Sumber: https://muslim.or.id/93486-malapetaka-akhir-zaman.html
Copyright © 2025 muslim.or.id