Syarah Hadits Jibril: Iman Kepada Allah
Syarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin

Mukadimah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْمًا. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ.
Kaum muslimin dan muslimat, pemirsa Rodja TV yang semoga dirahmati oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla atas segala limpahan nikmat, karunia, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Terutama nikmat iman, nikmat Islam, nikmat berada di bulan suci Ramadhan, dan nikmat sampai kepada sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadhan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menerima amal ibadah kita, menjadikan kita orang-orang yang beribadah di malam Lailatul Qadar, mengampuni dosa-dosa kita, membebaskan kita dari neraka, dan menganugerahkan kita predikat takwa di bulan suci ini.
Kita lanjutkan kembali kajian kita, Syarah Hadis Jibril. Kita telah sampai pada pertanyaan Malaikat Jibril yang menjelma sebagai manusia kepada Nabi ﷺ: قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ “Lalu kabarkanlah kepadaku tentang Iman.”
Nabi ﷺ menjawab: قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ» “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”
Kemudian, Malaikat Jibril bertanya lagi tentang Ihsan, dan Nabi ﷺ menjawab: قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ» “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu (merasa) melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia senantiasa melihatmu.”
Rukun Iman Pertama: Iman kepada Allah
Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah ‘Azza wa Jalla, yang menjadi pondasi bagi rukun-rukun iman lainnya. Iman kepada Allah mencakup empat pilar utama:
- Iman kepada Wujud (Eksistensi) Allah: Kita wajib beriman bahwa Allah itu ada. Keberadaan-Nya tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak akan berakhir dengan kebinasaan. Dalil keberadaan-Nya sangat banyak, baik secara fitrah, akal (keteraturan alam semesta), maupun syariat.
- Iman kepada Rububiyyah Allah: Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur, Pemberi rezeki, yang Menghidupkan dan Mematikan. Ini disebut Tauhid Rububiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
- Iman kepada Uluhiyyah Allah: Mengesakan Allah dalam segala bentuk ibadah. Kita berdoa, takut, berharap, bertawakal, menyembelih, dan bernazar hanya kepada Allah. Inilah esensi dari Tauhid Uluhiyyah dan makna dari إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ. Menyekutukan Allah dalam ibadah adalah dosa syirik, dosa terbesar yang tidak akan diampuni jika dibawa mati.
- Iman kepada Asma’ wa Sifat (Nama-nama dan Sifat-sifat) Allah: Menetapkan semua nama dan sifat sempurna yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Al-Qur’an dan yang ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ dalam hadis-hadis yang shahih, sesuai dengan keagungan Allah, tanpa melakukan:
- Tahrif: Menyelewengkan makna.
- Ta’thil: Menolak atau mengingkari sifat.
- Takyif: Mempertanyakan “bagaimana”-nya.
- Tamsil: Menyerupakan dengan sifat makhluk.
Ketiga jenis tauhid ini terkandung dalam surah-surah Al-Qur’an, bahkan dalam Surah Al-Fatihah dan Surah An-Nas. Orang-orang musyrik di zaman Nabi ﷺ mengakui Tauhid Rububiyyah (mengakui Allah sebagai Pencipta), namun mereka menyekutukan Allah dalam Tauhid Uluhiyyah (beribadah kepada selain Allah). Pengakuan mereka tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.
Rukun Iman Kedua: Iman kepada Malaikat
Rukun iman yang kedua adalah beriman kepada malaikat-malaikat Allah. Kita wajib meyakini keberadaan mereka sebagai makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya.
Beberapa poin keimanan kepada malaikat:
- Bentuk dan Jumlah: Mereka memiliki sayap—ada yang dua, tiga, empat, bahkan Jibril memiliki 600 sayap. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Setiap hari, 70.000 malaikat masuk ke Baitul Makmur di langit ketujuh dan tidak akan kembali lagi.
- Sifat: Mereka tidak pernah durhaka kepada Allah dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan (لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ).
- Tugas-tugas: Mereka memiliki tugas yang beragam, seperti:
- Jibril: Menyampaikan wahyu.
- Mikail: Mengatur hujan dan rezeki.
- Israfil: Meniup sangkakala.
- Malaikat Maut: Mencabut nyawa.
- Raqib dan ‘Atid: Mencatat amalan manusia.
- Penjaga surga dan neraka, pencatat takdir janin, dan lain-lain.
- Nama-nama: Kita wajib mengimani nama-nama malaikat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis, seperti Jibril, Mikail, Israfil, Malik, Munkar, dan Nakir.
Rukun Iman Ketiga: Iman kepada Kitab-Kitab
Kita wajib membenarkan semua kitab suci yang Allah turunkan kepada para rasul-Nya sebagai petunjuk. Di antara kitab-kitab yang disebutkan namanya dalam Al-Qur’an adalah:
- Al-Qur’an (kepada Nabi Muhammad ﷺ).
- Taurat (kepada Nabi Musa ‘alaihissalam).
- Injil (kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam).
- Zabur (kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam).
- Shuhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim dan Musa.
Keimanan kita kepada Al-Qur’an memiliki kekhususan. Kita wajib mengimani seluruh isinya secara rinci, membenarkan beritanya, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan meyakininya sebagai kalamullah (firman Allah), bukan makhluk.
Beberapa keistimewaan Al-Qur’an:
- Mukjizat Abadi: Allah menantang jin dan manusia untuk membuat yang semisalnya, dan tidak akan ada yang mampu.
- Terjaga Kemurniannya: Allah sendiri yang menjamin penjagaannya (إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ), berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang diubah oleh manusia.
- Turun Berangsur-angsur: Diturunkan selama 23 tahun untuk mengokohkan hati Nabi ﷺ.
- Hakim bagi Kitab Sebelumnya: Al-Qur’an menjadi standar kebenaran bagi kitab-kitab sebelumnya.
- Dijelaskan oleh Sunnah: Al-Qur’an dan Sunnah (hadis-hadis shahih) tidak dapat dipisahkan. Mengingkari sunnah sama dengan mengingkari Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sendiri yang memerintahkan kita untuk menaati Rasul.
Insyaallah kita akan melanjutkan pembahasan rukun iman berikutnya pada pertemuan yang akan datang.
Tanya Jawab
1. Bagaimana menyeimbangkan ibadah malam di 10 hari terakhir Ramadhan dengan kewajiban bekerja di siang hari yang menyebabkan kantuk berat? Yang paling sempurna adalah mengambil cuti untuk fokus beribadah (i’tikaf). Namun, jika tidak memungkinkan, kita harus menggabungkan keduanya. Solusinya bukan dengan tidak tidur sama sekali. Tidurlah beberapa jam setelah shalat Isya dan Tarawih (misalnya 2-3 jam), lalu bangun kembali di sepertiga malam terakhir untuk shalat, dzikir, dan berdoa hingga sahur. Insyaallah, istirahat singkat tersebut cukup untuk beraktivitas di siang hari.
2. Saya sudah mendapat hidayah sunnah, namun suami masih bergelut dengan dosa besar seperti riba dan judi online. Apa yang harus saya lakukan? Hidayah ada di tangan Allah. Kewajiban Anda adalah:
- Terus berdoa dengan sungguh-sungguh, terutama di waktu-waktu mustajab seperti di bulan Ramadhan dan sepertiga malam terakhir.
- Terus menasihati dengan cara yang lembut dan penuh hikmah, misalnya dengan mengirimkan video atau artikel kajian.
- Jika perbuatan suami sudah pada taraf membahayakan agama Anda (misalnya ia meninggalkan shalat sepenuhnya atau melakukan kesyirikan), dan harapan untuk berubah sangat kecil, maka tidak mengapa bagi Anda untuk meminta cerai (khulu’). Namun, tempuhlah semua cara nasihat terlebih dahulu.
3. Apakah ada amalan “Shalawat Jibril”? Wallahu a’lam, saya tidak mengetahui adanya amalan dengan nama spesifik “Shalawat Jibril”. Kita diperintahkan secara umum untuk bershalawat kepada Nabi ﷺ. Allah dan para malaikat-Nya (termasuk Jibril) bershalawat kepada Nabi. Shalawat Allah berarti pujian-Nya, sedangkan shalawat malaikat berarti doa mereka untuk Nabi. Ketika kita bershalawat, kebaikannya kembali kepada kita, karena “barang siapa bershalawat untukku sekali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali.”
4. Bolehkah mendoakan agar keluarga dan diri sendiri dibebaskan dari api neraka setiap hari di bulan Ramadhan? Bukan hanya boleh, tetapi itu adalah salah satu doa terbaik yang sangat dianjurkan. Nabi ﷺ bersabda bahwa setiap malam di bulan Ramadhan, Allah memiliki hamba-hamba yang Dia bebaskan dari neraka. Maka, panjatkanlah doa ini untuk diri sendiri, orang tua, anak, cucu, dan seluruh kaum muslimin. Kesuksesan hakiki adalah ketika seseorang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga.
5. Bagaimana hukum shalat Jumat bagi wanita di rumah dan hukum Qunut Subuh?
- Shalat Jumat Wanita: Shalat Jumat tidak wajib bagi wanita. Jika seorang wanita tidak hadir shalat Jumat di masjid, maka ia melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat di rumahnya. Ia tidak boleh melaksanakan shalat Jumat sendiri di rumah.
- Qunut Subuh: Ini adalah masalah khilafiyyah (perbedaan pendapat ulama). Pendapat yang lebih kuat adalah qunut subuh tidak dilakukan secara terus-menerus, tetapi hanya dilakukan saat terjadi Qunut Nazilah (doa saat kaum muslimin ditimpa musibah besar). Jika kita menjadi makmum di belakang imam yang melakukan qunut subuh, kita diberi pilihan untuk ikut mengangkat tangan atau diam saja.