Dr. Iqbal Gunawan, MAKajian KitabSyarh Hadits Jibril fi Ta’limiddiin

Syarah Hadits Jibril: Iman Kepada Para Rasul

Lanjutan Syarah Hadis Jibril: Iman kepada Para Rasul

Alhamdulillah, puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla atas segala nikmat, karunia, dan hidayah-Nya.

Pembahasan kita adalah syarah Hadis Jibril, yang oleh para ulama disebut sebagai أم السنة (Ummus Sunnah / Induknya Sunnah) karena mencakup pokok-pokok ajaran agama. Kita telah membahas rukun iman kepada Allah, malaikat, dan kitab-kitab. Hari ini, kita akan membahas rukun iman yang keempat: iman kepada para rasul.

Iman kepada para rasul adalah keyakinan kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di antara hamba-hamba-Nya para nabi dan rasul. Tujuan utama mereka diutus adalah untuk mengajak manusia beribadah hanya kepada Allah dan memperingatkan dari bahaya kesyirikan. Sebagaimana firman Allah: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36)

Para rasul adalah manusia-manusia pilihan Allah, hamba-hamba terbaik yang diutus untuk memberi petunjuk kepada manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.

Siapa Saja yang Diutus sebagai Rasul?

  • Dari Kalangan Malaikat dan Manusia: Allah berfirman, اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ (“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia”).
  • Tidak Ada Rasul dari Kalangan Jin: Dari kalangan jin, yang ada hanyalah مُنْذِرِينَ (mundzirin / para pemberi peringatan), sebagaimana dikisahkan dalam Surah Al-Ahqaf. Mereka mendengarkan Al-Qur’an dari Nabi ﷺ, lalu kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan.
  • Hanya dari Kalangan Laki-Laki dan Penduduk Kota: Allah berfirman, وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ (“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri”). Tidak ada nabi dari kalangan wanita, yang ada hanyalah صِدِّيقَةٌ (shiddiqah / wanita yang sangat jujur dan terpercaya) seperti Maryam binti ‘Imran.

Tugas dan Jumlah Para Rasul

Tugas utama para rasul adalah menyampaikan risalah dari Allah. Hidayah tetap di tangan Allah. Tidak semua rasul dikisahkan dalam Al-Qur’an. Allah berfirman: وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ “Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.” (QS. An-Nisa: 164)

Al-Qur’an menyebutkan 25 nama nabi dan rasul. Kisah-kisah mereka, seperti kesabaran Nabi Nuh, ujian Nabi Ayyub, dan kesedihan Nabi Ya’qub, menjadi pelajaran dan penguat iman bagi kita.

Rasul-Rasul Ulul ‘Azmi

Di antara para rasul, ada yang memiliki derajat lebih tinggi, yaitu Ulul ‘Azmi (rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati yang luar biasa). Mereka adalah:

  1. Nabi Muhammad ﷺ
  2. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
  3. Nabi Musa ‘alaihissalam
  4. Nabi Nuh ‘alaihissalam
  5. Nabi ‘Isa ‘alaihissalam

Kerasulan Nabi Muhammad ﷺ: Penutup dan untuk Seluruh Alam

Nikmat terbesar bagi jin dan manusia di akhir zaman adalah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ. Beliau adalah:

  • Khatamun Nabiyyin: Penutup para nabi, tidak ada nabi setelah beliau.
  • Diutus untuk Seluruh Jin dan Manusia: Berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang diutus untuk kaumnya masing-masing, Nabi Muhammad ﷺ diutus untuk seluruh alam.
  • Syariatnya Menghapus Syariat Sebelumnya: Semua agama dan syariat nabi-nabi terdahulu telah dihapus. Seluruh manusia dan jin sejak zaman beliau hingga hari kiamat wajib mengikuti syariatnya. Bahkan kelak ketika Nabi ‘Isa turun, beliau akan mengikuti syariat Nabi Muhammad ﷺ.

Mendustakan satu rasul saja sama dengan mendustakan seluruh rasul. Jalan keselamatan dan jalan lurus (shirathal mustaqim) satu-satunya adalah dengan mengikuti petunjuk Nabi Muhammad ﷺ.


Tanya Jawab

1. Bagaimana nasihat bagi mualaf yang bersemangat menyerang agama lamanya? Bagi seorang yang baru mendapat hidayah Islam, prioritas utamanya adalah duduk di majelis ilmu. Pelajari pondasi akidah (rukun iman), tata cara ibadah wajib (wudhu, shalat), dan membaca Al-Qur’an. Jangan sibuk berdebat atau berkomentar tanpa ilmu, karena semangat tanpa ilmu bisa berbahaya. Jika ingin berdakwah, harus dengan ilmu dan dalil yang kuat.

2. Bagaimana seharusnya sikap kita terhadap orang yang mengaku keturunan Nabi ﷺ? Nabi ﷺ berpesan agar kita berbuat baik kepada keluarga beliau (Ahlul Bait). Pada asalnya, pengakuan nasab seseorang harus kita percaya, kecuali jika ada bukti kuat kedustaannya. Jika benar ia adalah keturunan Nabi dan mengikuti sunnahnya, maka kita wajib memuliakan dan menghormatinya lebih dari yang lain, namun tidak boleh berlebihan (ghuluw) seperti bertabarruk (mencari berkah) darinya, karena itu hanya khusus bagi Nabi ﷺ. Kemuliaan nasab tidak akan menolong jika ia menyelisihi ajaran Nabi ﷺ.

3. Apakah benar ada hadis yang menyatakan bahwa orang yang tidak shalat witir bukan termasuk umat Nabi? Dan bagaimana hukum sahur untuk puasa sunnah?

  • Shalat Witir: Saya tidak pernah mendengar hadis dengan redaksi seperti itu. Shalat Witir hukumnya sunnah mu’akkadah (sangat dianjurkan), bukan wajib. Meninggalkannya tidak termasuk dosa besar.
  • Sahur: Sahur adalah sunnah yang membedakan puasa kita dengan puasa Ahli Kitab. Jika seseorang tidak sempat sahur karena ketiduran, puasanya tetap sah. Niat puasa sunnah bahkan boleh dilakukan di pagi hari (selama belum makan/minum). Minum seteguk air pun sudah terhitung sebagai sahur.

4. Bolehkah tayamum karena bahu tangan luka setelah operasi dan sulit mengambil air wudhu? Bolehkah shalat dijamak? Tayamum adalah pengganti wudhu jika tidak ada air atau berbahaya jika menggunakan air. Jika hanya sebagian anggota wudhu yang luka, maka anggota tubuh yang sehat tetap dibasuh dengan air, sementara yang luka cukup diusap. Jika sulit, bisa minta bantuan orang lain untuk mewudhukan. Menjamak shalat dibolehkan bagi orang sakit yang kesulitan untuk shalat di setiap waktunya. Namun, tidak boleh meng-qashar, karena qashar hanya khusus bagi musafir.

5. Bagaimana sikap kita terhadap dai yang dikenal sering menyanggah pernyataan menyimpang dari Ahlul Batil? Kita harus sangat selektif dalam mengambil ilmu. Agama ini menyangkut keselamatan kita di dunia dan akhirat. Jika Anda ragu terhadap seorang dai, tanyakan kepada ustaz yang Anda percayai keilmuan dan manhajnya. Jangan terburu-buru mengambil ilmu atau menyebarkan konten dari sumber yang belum terverifikasi.

6. Bagaimana agar bisa istiqamah di zaman yang penuh fitnah ini? Beberapa kiat untuk istiqamah:

  1. Perbanyak berdoa, terutama doa: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).
  2. Jaga dzikir pagi dan petang, karena itu adalah benteng bagi seorang muslim.
  3. Jaga shalat lima waktu dengan baik dan tepat waktu, karena shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
  4. Berteman dengan orang-orang saleh dan jauhi teman-teman yang buruk, baik di dunia nyata maupun maya.
  5. Rutinkan membaca dan mentadabburi Al-Qur’an.

Related Articles

Back to top button