Syarah Hadits Jibril: Iman Kepada Hari Akhir #1
Syarah Hadits Jibril

Materi Kajian oleh Al-Ustaz Dr. Iqbal Gunawan, M.A.
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ. اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا شَأْنَنَا كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنَا إِلَى أَنْفُسِنَا طَرْفَةَ عَيْنٍ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Pengingat Penting: Menyambut 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Perlu kita ketahui, sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ” (jika telah masuk sepuluh hari Dzulhijjah), maksudnya masuk tanggal 1 Dzulhijjah—yang diperkirakan mungkin tanggal 8 Juni—”وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ” (dan salah seorang di antara kalian ingin berkurban)—sudah berniat, sudah ikut serta, mungkin sudah membayar atau membeli hewan kurban—”فَلَا يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلَا مِنْ أَظْفَارِهِ شَيْئًا” (maka janganlah ia memotong rambutnya dan jangan pula memotong kukunya).
Menurut para ulama, meskipun kita tidak berangkat haji, amalan ini mengandung sedikit penyerupaan dengan amalan jemaah haji yang sedang berihram, di mana mereka juga tidak boleh memotong kuku dan mencukur rambut. Maka, kita yang tidak berangkat haji dan berniat berkurban, saat inilah kesempatannya untuk mencukur rambut dan memotong kuku, karena selama 10 hari nanti hingga hewan sembelihan kita disembelih, kita tidak diperbolehkan melakukannya. Adapun keluarga dari shahibul qurban atau orang yang tidak berkurban, tidak masalah bagi mereka untuk memotong kuku.
Tentu saja, saya ingatkan secara ringkas bahwasanya 10 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang sangat dicintai oleh Allah untuk kita memperbanyak ibadah. Maka, jangan sampai kita melalaikan dan tidak memperhatikan hal ini. Kita harus memaksimalkan ibadah kita: shalat, puasa sunnah—terutama tanggal 9 nanti yaitu hari Arafah karena akan menghapuskan dosa dua tahun (setahun yang lalu dan setahun yang akan datang)—membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan semua amal kebaikan. Semoga kita mendapatkan keberkahan, ampunan, dan pahala yang berlimpah di hari-hari tersebut.
Pembahasan Utama: Iman kepada Hari Akhir
Alhamdulillah, pembahasan Syarah Hadis Jibril kita telah sampai kepada rukun iman yang kelima, yaitu iman kepada hari akhir. Pembahasan mengenai iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, dan rasul-rasul telah berlalu. Pada kesempatan ini dan insya Allah pertemuan berikutnya, kita akan membahas iman kepada hari akhir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam banyak ayat Al-Qur’an, bahkan hadis-hadis Nabi ﷺ, selalu menggandengkan antara iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir. Bukan berarti rukun iman yang lain ditinggalkan, akan tetapi ini menunjukkan betapa pentingnya rukun iman ini. Keimanan kita kepada hari akhir inilah yang menggerakkan kita untuk beramal, mendorong kita untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, serta menghalangi kita dari perbuatan dosa dan maksiat. Mengapa? Karena kita meyakini bahwa di sana ada hari akhir, hari pembalasan, hari perhitungan, dan hari ditimbangnya amalan. Ini harus selalu kita letakkan di hadapan mata kita.
Makna Iman kepada Hari Akhir
Menurut para ulama, iman kepada hari akhir adalah mengimani semua kejadian yang terjadi setelah seseorang meninggal dunia. Semua yang terjadi setelah kematian masuk dalam pembahasan اليَوْمُ الْآخِرُ (Hari Akhir). Allah menjadikan tempat kehidupan itu ada dua: kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Adapun pemisah antara dua kehidupan ini adalah kematian dan ditiupnya sangkakala.
Ketahuilah, مَنْ مَاتَ فَقَدْ قَامَتْ قِيَامَتُهُ (barang siapa yang mati, maka telah tegak kiamatnya). Jadi, kiamat setiap orang adalah hari kematiannya. Maka kiamat itu ada dua:
- Kiamat Sughra (Kecil): Kematian setiap orang. Ketika seseorang meninggal, berarti kiamatnya telah tegak, dan ia telah berpindah dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat; dari kehidupan beramal menuju kehidupan pembalasan. Kesempatannya untuk beramal telah terputus, kecuali tiga hal sebagaimana sabda Nabi ﷺ: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.
Tahapan Kehidupan Setelah Kematian
Kehidupan setelah kematian itu terbagi dua:
- Kehidupan Alam Barzakh (حَيَاةٌ بَرْزَخِيَّةٌ): Orang yang meninggal sebenarnya dia hidup, yaitu dalam kehidupan alam barzakh, yang berlangsung antara kematian hingga hari kebangkitan. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikat kehidupan ini, tetapi orang yang meninggal bisa merasakan kenikmatan dan azab. Bahkan, sebelum meninggal, saat sakaratul maut, mereka sudah mulai memanen apa yang dikerjakan. Malaikat turun kepada orang beriman dan mengatakan, “أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ” (Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan). Sebaliknya, orang kafir dicabut nyawanya dengan kasar.
Ini menunjukkan bahwa menjelang kematian saja seseorang sudah bisa melihat balasan amalannya. Di antara pilar keimanan kepada hari akhir yang harus kita imani adalah:
- Beriman kepada Fitnah Kubur (ujian di dalam kubur).
- Beriman kepada Nikmat Kubur.
- Beriman kepada Azab Kubur.
Semua ilmu tentang kehidupan akhirat ini hanya bisa kita ambil dari dua sumber: Al-Qur’an dan hadis-hadis yang sahih.
Banyak sekali hadis sahih yang menunjukkan perkara-perkara ini. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Asma’ binti Abi Bakar, dari Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha, dalam kisah shalat gerhana matahari. Dalam khutbahnya setelah shalat, Nabi ﷺ bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang aku belum pernah melihatnya melainkan aku telah melihatnya di tempatku saat ini, hingga surga dan neraka. Dan sungguh telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji di kuburan-kuburan kalian, sebuah ujian yang mirip dengan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Akan ditanyakan, “مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ؟” (Apa yang engkau ketahui tentang orang ini?), maksudnya Nabi Muhammad ﷺ. Adapun orang yang beriman atau orang yang yakin, ia akan menjawab, “هُوَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى، فَأَجَبْنَا وَاتَّبَعْنَا” (Dia adalah Muhammad, utusan Allah. Beliau datang kepada kami membawa keterangan dan petunjuk, maka kami menjawab seruannya dan mengikutinya). Maka dikatakan kepadanya, “Tidurlah dengan tenang, kami telah mengetahui bahwa engkau benar-benar beriman kepadanya.”
Adapun orang munafik atau orang yang ragu, dia akan mengatakan, “لَا أَدْرِي، سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ شَيْئًا فَقُلْتُهُ” (Aku tidak tahu, aku hanya mendengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku pun ikut mengatakannya).
Dalam riwayat Imam Bukhari dari sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Seorang muslim jika ditanya di dalam kuburnya, maka dia akan bersaksi أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ.” Itulah maksud dari firman Allah: “يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ” (Allah mengokohkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat).
Dalam hadis panjang riwayat Imam Ahmad, disebutkan bahwa ketika seorang mukmin mampu menjawab dengan tepat, diperintahkan kepada para malaikat, “Berilah dia alas dari surga, pakaikanlah pakaian dari surga, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke surga.” Maka sampailah ke kuburannya wangi dan aroma surga, dan kuburannya diluaskan sejauh mata memandang.
Adapun orang kafir yang tidak mampu menjawab, dikatakan, “Berilah dia alas dari neraka, pakaikan pakaian dari neraka, dan bukakan pintu menuju neraka.” Maka sampailah panas dan asap neraka ke kuburannya, dan kuburannya disempitkan hingga remuk tulang-belulangnya. Waliyyadzubillah.
Dalil-dalil Tambahan tentang Azab dan Nikmat Kubur
- Hadis riwayat Muslim, di mana Nabi ﷺ bersabda agar setiap selesai tasyahud akhir, kita memohon perlindungan dari empat perkara: “اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ.”
- Firman Allah tentang keluarga Firaun: “النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ” (Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat, ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’). Ayat ini menunjukkan adanya azab di alam barzakh sebelum azab yang lebih pedih di hari kiamat.
- Hadis sahih yang menyebutkan bahwa ruh para syuhada berada di dalam rongga burung-burung hijau di surga, terbang ke sana kemari sesuai kehendaknya.
Nikmat dan azab ini dirasakan oleh ruh dan jasad secara bersamaan.
Al-Ba’ts: Kebangkitan Setelah Kematian
Di antara perkara yang harus kita imani adalah kebangkitan setelah kematian. Allah berfirman: “وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَamun يَنْظُرُونَ” (Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit berdiri menunggu).
Orang-orang kafir menyangka mereka tidak akan dibangkitkan. Allah membantah: “قُلْ بَلَىٰ وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ ۚ وَذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ” (Katakanlah, ‘Demi Rabb-ku, sungguh kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah).
Dalil-dalil Tentang Hari Kebangkitan Al-Qur’an memberikan beberapa versi penegasan tentang hari kebangkitan:
- Peringatan tentang Penciptaan Pertama: Allah yang mampu menciptakan manusia dari ketiadaan, tentu lebih mudah bagi-Nya untuk mengembalikannya. “وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ” (Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengembalikannya, dan itu lebih mudah bagi-Nya).
- Peringatan tentang Kehidupan Bumi Setelah Mati: Allah mampu menghidupkan tanah yang kering dan tandus dengan hujan. “إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ” (Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).
- Peringatan tentang Penciptaan Langit dan Bumi: Penciptaan langit dan bumi jauh lebih dahsyat daripada penciptaan manusia. “لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ” (Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia).
Jasad yang Dibangkitkan adalah Jasad yang Sama Jasad yang akan dibangkitkan pada hari kiamat adalah jasad yang sama dengan yang dahulu di dunia, bukan jasad baru. Inilah mengapa anggota tubuh kita akan menjadi saksi. “يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ” (Pada hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan).
Insya Allah pada pertemuan yang akan datang, kita akan membahas tentang syafaat, hisab, mizan, dan seterusnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita semua.
Sesi Tanya Jawab
Pertanyaan 1: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustaz. Apakah semua perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia di muka bumi ini disebabkan karena kurangnya keimanan terhadap hari akhir?
Jawaban: Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ini pertanyaan yang bagus. Tentunya dosa itu banyak sebabnya. Yang paling pertama adalah hawa nafsu. Kita diperintahkan untuk selalu berlindung dari keburukan jiwa kita. Sebab lainnya adalah godaan setan yang terus-menerus menggoda manusia. Termasuk juga adalah lemahnya iman, yang disebabkan oleh lemahnya amal, kurangnya ilmu, dan tentunya kurangnya keyakinan terhadap hari akhir. Semakin sering kita mengingat kematian, fitnah kubur, dan hari perhitungan, maka akan semakin kuat pula pertahanan kita dari perbuatan dosa.
Pertanyaan 2: Ustaz, apakah orang muslim yang memiliki dosa-dosa kecil juga akan diazab di dalam kuburnya? Bagaimana kondisi mereka?
Jawaban: Perlu kita ketahui, dosa-dosa kecil itu akan terhapus dengan sendirinya melalui istighfar, wudhu, shalat, dan amal kebaikan lainnya. Sebagaimana firman Allah, “إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ.” Adapun dosa besar, ia memerlukan taubat yang sungguh-sungguh. Jika seorang muslim meninggal dunia dengan membawa dosa besar yang belum diampuni, maka ia berada di bawah kehendak Allah. Bisa jadi ia diazab di kuburnya, dan azab kubur ini menjadi salah satu penghapus dosa baginya. Azab bagi seorang muslim di alam kubur bisa terhenti dan tidak berlangsung sampai hari kiamat. Berbeda dengan orang kafir yang azabnya terus-menerus. Seorang muslim yang bertauhid, meskipun sempat diazab di kubur atau bahkan di neraka, pada akhirnya akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga.
Pertanyaan 3: Ustaz, mengapa manusia saat ini seringkali mempertanyakan perbuatan Allah, padahal merekalah yang nantinya akan ditanya? Apakah ini sudah menjadi sunnatullah?
Jawaban: Betul. Allah Ta’ala berfirman, “لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ” (Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi merekalah yang akan ditanyai). Ini menunjukkan lemahnya iman kita terhadap takdir dan kurangnya kita dalam belajar akidah yang benar. Kita tidak boleh bertanya “mengapa” dan “bagaimana” terkait perbuatan dan sifat Allah. Yang harus kita yakini adalah semua perbuatan Allah pasti mengandung hikmah yang sempurna dan tidak lepas dari keadilan-Nya. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul karena kurangnya kita dalam mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah. Jika kita mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, kita akan mengagungkan-Nya dan tidak akan memprotes perbuatan-Nya.
Pertanyaan 4: Dari Bapak Mul di Medan. Ustaz, apakah ruh si Fulan atau Fulanah bisa keluar dari alam barzakh lalu memasuki jasad orang yang masih hidup dan bercerita? Adakah dalilnya?
Jawaban: Tentu saja tidak mungkin ruh seseorang masuk ke jasad yang lain. Ini adalah keyakinan reinkarnasi yang dianut oleh orang-orang kafir dan itu tidak benar. Kehidupan alam barzakh adalah kehidupan gaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah. Ruh orang-orang beriman berada di surga, di pohon-pohon surga. Adapun ruh masuk ke jasad lain dan bercerita, tidak ada dalilnya sama sekali. Mungkin ada sebagian kisah di mana orang yang telah meninggal datang dalam mimpi dan menyampaikan suatu pesan, hal ini disebutkan oleh sebagian ulama. Namun, masuk ke jasad orang lain adalah hal yang mustahil.
Pertanyaan 5: Dari hamba Allah di Sumbawa. Apakah orang yang rajin beribadah tapi juga tekun berbuat maksiat besar (seperti riba, zina, korupsi) akan diazab juga di dalam kuburnya, karena ia beranggapan kebaikan akan menghapus keburukan?
Jawaban: Ini pertanyaan penting. Jika itu dosa-dosa kecil, insya Allah terhapus dengan ibadah. Namun, dosa-dosa besar seperti yang disebutkan—riba, zina, korupsi—memerlukan taubat nasuha yang spesifik. Dosa yang berkaitan dengan hak manusia (seperti korupsi) syarat taubatnya adalah mengembalikan hak tersebut atau meminta kehalalan dari pemiliknya. Jika ia meninggal sebelum bertaubat dengan benar, maka ibadahnya belum tentu cukup untuk menghapus dosa-dosa besarnya tersebut. Ia berada di bawah kehendak Allah. Sangat mungkin ia diazab di kuburnya, bahkan di neraka, sebagai konsekuensi dari dosa-dosa besarnya, meskipun ia rajin beribadah. Selama ia masih memiliki tauhid, ia pada akhirnya akan masuk surga, tetapi setelah melalui proses pembersihan.
Khatimah (Penutup)
Saya ingatkan lagi, insya Allah pembahasan kita tentang hari akhir akan kita lanjutkan pada pertemuan Rabu pagi yang akan datang. Semoga Allah menyampaikan kita kepada bulan Dzulhijjah dan memberikan taufik untuk memaksimalkan ibadah di bulan tersebut. Kita doakan saudara-saudara kita di Palestina, semoga Allah menolong mereka, menghancurkan musuh-musuh mereka, dan membinasakan mereka.
Barakallahu fiikum wa jazakumullahu khairan.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ