Dr. Abdullah Roy, M.AKajian KitabKitab Lum'atul I'tiqad

Kajian Kitab Lum’atul I’tiqad #13

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Alhamdulillah, kita memuji dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas seluruh nikmat yang Dia karuniakan kepada kita. Tentunya, nikmat yang paling besar adalah nikmat hidayah kepada Islam dan juga sunah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kita berdoa semoga Allah menghidupkan dan mematikan kita di atas Islam.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan kepada utusan-Nya bagi seluruh manusia, nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.

Bapak Ibu sekalian, saudara dan juga saudari yang dimuliakan oleh Allah. Kita masih bersama kitab Lum’atul I’tiqad al-Hadi ila Sabilir Rasyad yang ditulis oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah. Setelah sebelumnya beliau menyebutkan tentang sifat Al-Kalam yang dimiliki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala secara umum, maka beliau menyebutkan setelahnya bahwa di antara kalamullah adalah Al-Qur’an.


Al-Qur’an adalah Kalamullah

Beliau mengatakan: وَمِنْ كَلَامِ اللهِ سُبْحَانَهُ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ (Dan di antara kalamullah adalah Al-Qur’an yang Agung). Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah yang pertama kali mengucapkannya, kemudian didengar oleh Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Allah-lah yang pertama kali berfirman, الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ, dan seterusnya.

Al-Qur’an adalah:

  • كِتَابُ اللهِ الْمُبِينُ (Kitab Allah yang jelas). Makna الْمُبِينُ ada dua: (1) Jelas dari sisi bahasanya yang fasih, dan (2) Menjelaskan apa yang dibutuhkan manusia dalam urusan dunia dan agama mereka.
  • حَبْلُهُ الْمَتِينُ (Tali-Nya yang sangat kokoh). Barang siapa yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an, maka ia akan selamat, sebagaimana firman Allah: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا.
  • صِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيمُ (Jalan-Nya yang lurus). Barang siapa mengamalkan isinya, ia telah berjalan di atas jalan lurus yang akan menyampaikannya kepada Allah.
  • تَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (Diturunkan oleh Rabb semesta alam). Ini menunjukkan bahwa Allah berada di atas dan Dialah yang menurunkan Al-Qur’an.
  • نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ، عَلَىٰ قَلْبِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ، بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ (Dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas).

Al-Qur’an Diturunkan, Bukan Makhluk

مُنَزَّلٌ غَيْرُ مَخْلُوقٍ (Diturunkan, bukan makhluk). Al-Qur’an adalah kalamullah, dan kalamullah adalah sifat Allah, sedangkan sifat Allah bukanlah makhluk. Di antara dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang Dia ciptakan.”

Berlindung hanya boleh kepada Allah atau dengan sifat-sifat-Nya. Jika kalimat-kalimat Allah adalah makhluk, maka Nabi ﷺ telah mengajarkan kita untuk berlindung kepada makhluk, dan itu mustahil.

مِنْهُ بَدَأَ وَإِلَيْهِ يَعُودُ (Dari-Nya ia bermula dan kepada-Nya ia akan kembali).

  • مِنْهُ بَدَأَ: Allah yang pertama kali mengucapkannya.
  • وَإِلَيْهِ يَعُودُ: Di akhir zaman, ketika manusia sudah melalaikan Al-Qur’an, Allah akan mengangkatnya kembali dari mushaf dan dada manusia, sehingga tidak tersisa satu huruf pun di dunia.

Struktur dan Komposisi Al-Qur’an

Beliau melanjutkan: وَهُوَ سُوَرٌ مُحْكَمَاتٌ، وَآيَاتٌ بَيِّنَاتٌ، وَحُرُوفٌ وَكَلِمَاتٌ (Dan ia berupa surah-surah yang kokoh, ayat-ayat yang jelas, serta huruf-huruf dan kata-kata).

  • Al-Qur’an terdiri dari 114 surah (jamak dari suwar), yang secara bahasa berarti sesuatu yang tinggi dan terjaga kedudukannya.
  • Setiap surah terdiri dari beberapa ayat, yang berarti “tanda”, karena ia adalah tanda keagungan Allah.
  • Setiap ayat terdiri dari beberapa kalimat (kata).
  • Setiap kata terdiri dari beberapa huruf, yaitu 28 huruf hijaiyah Arab.

مَنْ قَرَأَهُ فَأَعْرَبَهُ فَلَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ (Barang siapa membacanya lalu meng-i’rab-nya—yakni membacanya dengan baik sesuai kaidah bahasa Arab—maka baginya dari setiap huruf sepuluh kebaikan). Ini adalah kesempatan besar bagi kita untuk meraih pahala yang melimpah.

Al-Qur’an لَهُ أَوَّلٌ وَآخِرٌ (memiliki awal dan akhir), yaitu dari Surah Al-Fatihah hingga Surah An-Nas. Ia juga memiliki أَجْزَاءٌ وَأَبْعَاضٌ (bagian-bagian). Para ulama di abad-abad setelahnya membaginya menjadi 30 juz, setiap juz menjadi 2 hizb, dan setiap hizb menjadi 4 bagian (rubu’) untuk memudahkan kaum muslimin dalam membaca dan menghafalnya.


Manifestasi Al-Qur’an sebagai Kalamullah

Al-Qur’an tetaplah kalamullah, baik ia:

  • مَتْلُوٌّ بِالْأَلْسِنَةِ (dibaca dengan lisan-lisan). Meskipun yang membaca adalah manusia, ucapan itu dinisbahkan kepada yang pertama kali mengucapkannya, yaitu Allah. Suara adalah milik si qari, tetapi kalam (ucapan) yang dibaca adalah kalam Allah.
  • مَحْفُوظٌ فِي الصُّدُورِ (dihapal di dalam dada-dada).
  • مَسْمُوعٌ بِالْآذَانِ (didengar oleh telinga-telinga).
  • مَكْتُوبٌ فِي الْمَصَاحِفِ (tertulis di dalam mushaf-mushaf).

Yang tertulis di dalam mushaf—huruf dan maknanya—adalah kalamullah (bukan makhluk). Adapun alat yang digunakan untuk menulisnya, seperti tinta dan kertas, adalah makhluk.


Karakteristik Isi Al-Qur’an

  • فِيهِ مُحْكَمٌ وَمُتَشَابِهٌ (Di dalamnya ada ayat muhkam dan mutasyabih). Ayat muhkam adalah yang maknanya jelas, sedangkan mutasyabih adalah yang memerlukan rujukan ke ayat lain untuk dipahami dengan benar. Orang beriman mengimani keduanya dan mengembalikan yang mutasyabih kepada yang muhkam.
  • فِيهِ نَاسِخٌ وَمَنْسُوخٌ (Di dalamnya ada ayat yang menghapus dan yang dihapus). Allah, dengan kebijaksanaan-Nya, terkadang menghapus suatu hukum dan menggantinya dengan yang lebih baik sesuai dengan maslahat. Contohnya adalah masa ‘iddah bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, yang awalnya satu tahun kemudian di-naskh (dihapus) menjadi 4 bulan 10 hari.
  • فِيهِ خَاصٌّ وَعَامٌّ (Di dalamnya ada yang khusus dan yang umum).
  • فِيهِ أَمْرٌ وَنَهْيٌ (Di dalamnya ada perintah dan larangan).

Kemukjizatan dan Perlindungan Al-Qur’an

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ (Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya). Al-Qur’an terjaga dari perubahan, penambahan, dan pengurangan, karena Allah telah berjanji: إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Allah menantang manusia dan jin untuk membuat yang semisalnya:

  1. Awalnya, Allah menantang untuk membuat satu kitab yang semisal Al-Qur’an.
  2. Kemudian, tantangan diringankan menjadi sepuluh surah saja.
  3. Terakhir, tantangan diringankan menjadi satu surah saja.

Namun, hingga hari ini, tidak ada yang mampu melakukannya, bahkan oleh orang-orang Arab Quraisy di puncak kefasihan bahasa mereka sekalipun. Ini membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah, bukan ucapan manusia.

Ketika orang-orang kafir menuduh Al-Qur’an sebagai قَوْلُ الْبَشَرِ (ucapan manusia) atau شِعْرٌ (syair), Allah membantah mereka. Namun, tuduhan mereka sendiri membuktikan bahwa yang mereka dengar dan hadapi adalah sebuah teks berbahasa Arab yang terdiri dari huruf, kata, dan ayat, bukan sebuah konsep kalam nafsi (ucapan jiwa) yang abstrak.


Dalil dari Ucapan Para Sahabat

Keyakinan bahwa Al-Qur’an terdiri dari huruf-huruf dikuatkan oleh ijma’ (kesepakatan) para sahabat:

  • Abu Bakar dan ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Meng-i’rab Al-Qur’an (membacanya dengan benar) lebih kami sukai daripada menghafal sebagian huruf-hurufnya.”
  • ‘Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barang siapa yang kafir terhadap satu huruf darinya, maka ia telah kafir terhadap keseluruhannya.”

Kaum muslimin juga bersepakat dalam menghitung jumlah surah, ayat, kata, bahkan huruf dalam Al-Qur’an. Ini semua menjadi bukti telak bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang kita baca, dengar, dan hafal, yang tersusun dari huruf-huruf.


Tanya Jawab

Pertanyaan 1: Apakah kisah tentang Nabi Musa yang diuji untuk memegang dua gelas semalaman untuk membuktikan bahwa Allah tidak tidur itu shahih? Wallahu a’lam, kisah ini perlu diteliti kembali sanadnya, namun kemungkinan besar termasuk israiliyyat (riwayat dari Bani Israil). Sikap kita terhadap israiliyyat adalah tidak membenarkan dan tidak pula mendustakannya. Inti dari kisah tersebut, yaitu bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur, sudah sangat jelas ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu Ayat Kursi: لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ (“Dia tidak mengantuk dan tidak tidur”). Ayat Al-Qur’an ini sudah cukup bagi kita.

Pertanyaan 2: Apa hukum membaca Al-Qur’an di kuburan atau di hadapan mayat? Kuburan bukanlah tempat untuk membaca Al-Qur’an. Sunnah ketika berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan mendoakan ahli kubur, seperti mengucapkan salam: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ. Membaca Al-Qur’an di kuburan tidak pernah dicontohkan oleh Nabi ﷺ maupun para sahabatnya. Ibadah harus berdasarkan dalil. Jika suatu amalan itu baik, tentulah mereka sudah mendahului kita dalam melakukannya. Nabi ﷺ bersabda, “Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada petunjuknya dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Itu yang bisa kita sampaikan. Semoga Allah memudahkan pertemuan kita selanjutnya. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Articles

Back to top button