Dr. Abdullah Roy, M.AKajian KitabKitab Lum'atul I'tiqad

Kajian Kitab Lum’atul I’tiqad #10

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ.

Alhamdulillah, segala puji hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Kita bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dan disembah kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan juga utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.

Bapak Ibu sekalian yang dimuliakan oleh Allah, alhamdulillah, Allah memudahkan perjalanan kita menuju tempat yang mulia ini dalam rangka mempelajari akidah yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman para Salaf. Ini adalah ilmu yang sangat penting, bahkan ilmu yang paling penting dalam agama Islam. Barang siapa memiliki akidah yang benar dengan dalil-dalilnya yang shahih, maka ini akan berpengaruh kepada seluruh sisi kehidupannya, baik dalam akhlak, ketenangan hidup, kedamaian, dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, barang siapa yang tidak memiliki akidah yang shahih dan justru memiliki akidah yang batil, maka ini akan membawa kesengsaraan dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat.

Kita masih melanjutkan penyebutan ayat-ayat yang dibawakan oleh Ibnu Qudamah al-Maqdisi yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada pertemuan sebelumnya, kita sudah membahas tentang sifat An-Nafs, Ar-Ridha, sifat datang bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan juga sifat Mahabbah. Insyaallah, akan kita lanjutkan pembacaan sekaligus syarah dari dalil-dalil yang dibawakan oleh penulis rahimahullah.


Sifat-Sifat Allah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah

Beliau mengatakan rahimahullah, dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang orang-orang kafir:

وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ

“…dan Allah murka kepada mereka.” (QS. Al-Fath: 6)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki sifat Al-Ghadab, yang artinya adalah marah atau murka. Jika ada sebabnya, seperti kekufuran atau dosa besar lainnya, maka Allah bisa murka kepada orang tersebut. Dalil tentang sifat ini banyak di dalam Al-Qur’an, di antaranya:

  • Tentang hukuman bagi pembunuh seorang mukmin dengan sengaja: …فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ… (“…maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan melaknatnya…”) (QS. An-Nisa: 93).
  • Tentang proses li’an (sumpah saling melaknat antara suami istri): …أَنَّ غَضَبَ اللهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ (“…bahwa murka Allah akan menimpanya (si istri) jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.”) (QS. An-Nur: 9).

Kita wajib menetapkan sifat murka ini sesuai dengan keagungan Allah. Murka Allah tidak sama dengan murka makhluk yang terkadang tidak terkontrol dan disertai kezaliman. Murka Allah Maha Adil dan tidak disertai kezaliman sedikit pun. Sebagaimana dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku.”

Dalam hadis lain disebutkan:

إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي

“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”

Sebagian kelompok menyimpang dengan menakwilkan (mengubah makna) sifat murka ini sebagai iradatul ‘iqab (keinginan untuk menyiksa) dengan alasan agar tidak menyerupakan Allah dengan makhluk. Ini adalah pemahaman yang keliru. Kita menetapkan sifat ini sebagaimana datangnya dan meyakini bahwa murka Allah tidak sama dengan murka makhluk.

Pelajaran bagi kita adalah berusaha menjauhi segala sebab yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah, seperti tidak mengamalkan ilmu yang dimiliki, sebagaimana kaum Yahudi yang disebut sebagai الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ (“orang-orang yang dimurkai”).


Kemudian beliau melanjutkan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللهَ

“…mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah.” (QS. Muhammad: 28)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat As-Sakhat atau As-Sukht, yang artinya juga kemurkaan atau ketidaksenangan. Dalam hadis tentang penduduk surga, Allah berfirman kepada mereka:

أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا

“Aku halalkan keridaan-Ku untuk kalian, maka Aku tidak akan pernah murka kepada kalian setelah ini selama-lamanya.”

Ini adalah nikmat yang sangat besar bagi penduduk surga.


Selanjutnya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَلَكِنْ كَرِهَ اللهُ انْبِعَاثَهُمْ

“…tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka.” (QS. At-Taubah: 46)

Ayat ini tentang orang-orang munafik yang bermalas-malasan untuk berjihad. Syahid (poin dalil) di sini adalah كَرِهَ اللهُ (Allah tidak menyukai/membenci), yang menunjukkan bahwa Allah memiliki sifat Al-Kurh (membenci). Kita wajib menetapkannya sebagaimana datangnya.

Dalam hadis shahih riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda bahwa Allah membenci (وَكَرِهَ لَكُمْ) tiga hal:

  1. قِيلَ وَقَالَ (Dikatakan dan katanya/gosip).
  2. كَثْرَةَ السُّؤَالِ (Banyak bertanya tentang hal yang tidak bermanfaat).
  3. إِضَاعَةَ الْمَالِ (Menyia-nyiakan harta).

Sifat-Sifat Allah dari As-Sunnah

Beliau kemudian membawakan dalil dari sunnah, di antaranya sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا…

“Rabb kita Tabaaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menetapkan sifat An-Nuzul (turun) bagi Allah. Kapan? Ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir. Saat itu, Allah berfirman:

  • “Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan.”
  • “Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku berikan.”
  • “Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”

Ini adalah tawaran yang luar biasa dari Allah. Hendaknya kita memanfaatkannya untuk berdoa, beristighfar, dan meminta segala kebaikan dunia dan akhirat. Jangan disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan akal yang batil seperti, “Jika Allah turun, apakah ‘Arsy menjadi kosong?” Jawaban untuk semua itu adalah firman Allah: لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ (“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya”). Turunnya Allah sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan turunnya makhluk.


Selanjutnya, sifat Al-‘Ajab (heran/takjub). Beliau mengutip hadis:

يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

“Rabb-mu takjub dengan seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah (kecenderungan mengikuti hawa nafsu).”

Hadis ini, meskipun sanadnya dhaif (lemah), maknanya benar dan sifat ‘ajab ditetapkan dalam dalil lain yang shahih, di antaranya:

  • Dari Al-Qur’an: بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ (“Bahkan engkau (Muhammad) merasa heran, dan mereka memperolok-olokkan.”) (QS. Ash-Shaffat: 12), dalam salah satu qira’ah (bacaan) dibaca ‘ajibtu dengan dhommah yang merujuk kepada Allah.
  • Dari Hadis Shahih: Allah takjub (عَجِبَ اللهُ) kepada sepasang suami-istri yang memuliakan tamu mereka, padahal mereka sendiri dalam keadaan kekurangan. (HR. Bukhari dan Muslim).

Terakhir, sifat Adh-Dhahik (tertawa). Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

يَضْحَكُ اللهُ إِلَى رَجُلَيْنِ قَتَلَ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ ثُمَّ يَدْخُلَانِ الْجَنَّةَ

“Allah tertawa kepada dua orang laki-laki, yang salah satunya membunuh yang lain, kemudian keduanya masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menetapkan sifat tertawa bagi Allah. Kita wajib menetapkannya sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan tawa makhluk. Maksud hadis ini adalah seorang muslim berperang melawan seorang kafir. Si kafir membunuh si muslim, sehingga si muslim mati syahid dan masuk surga. Kemudian, si kafir tersebut mendapat hidayah, masuk Islam, lalu ia pun mati dalam keadaan Islam (misalnya mati syahid di pertempuran lain), sehingga ia juga masuk surga. Allah tertawa melihat keadaan keduanya yang menakjubkan ini.


Tanya Jawab

1. Bolehkah kita menggunakan hadis tentang Allah takjub kepada pemuda yang condong kepada agama untuk memotivasi anak masuk pesantren?

Ya, boleh. Memotivasi anak-anak dan pemuda untuk menuntut ilmu agama adalah sebuah keutamaan dan amal saleh yang besar.

2. Kakak saya sudah pisah, dan mantan suaminya memberi nafkah untuk anaknya. Bolehkah kakak saya ikut memakan masakan dari uang nafkah tersebut?

Untuk lebih berhati-hati, sebaiknya ia meminta izin kepada mantan suaminya, karena uang tersebut pada dasarnya dialokasikan untuk sang anak.

3. Apa hukumnya menjadikan baju yang sudah tidak layak pakai sebagai keset?

Jika baju tersebut memang sudah tidak layak dipakai oleh siapapun, bahkan oleh orang miskin sekalipun, maka tidak masalah digunakan untuk keperluan lain yang bermanfaat seperti keset. Namun, jika masih layak pakai untuk orang lain yang membutuhkan, maka yang lebih baik adalah menyedekahkannya.

4. Bagaimana cara potong kuku menurut syariat?

Tidak ada ketentuan khusus tentang cara, hari, atau tempat (harus di luar rumah). Yang dianjurkan adalah memotongnya secara rutin (tidak membiarkannya lebih dari 40 hari) dan menjaga kebersihan. Hindari melakukannya di dalam masjid untuk menjaga kebersihan masjid.

5. Saat sepertiga malam, mana yang lebih afdal berdoa: saat sujud atau setelah shalat dengan mengangkat tangan?

Keduanya baik dan diperbolehkan. Berdoa saat sujud memiliki keutamaan ganda, karena menggabungkan waktu mustajab (sepertiga malam terakhir) dengan keadaan terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya (sujud). Berdoa setelah selesai shalat (misalnya setelah witir) dengan mengangkat tangan juga tidak masalah jika merasa masih ingin terus meminta kepada Allah.

6. Saya sudah setahun lebih tidak bekerja dan selalu gagal. Apakah ini karena dosa-dosa saya?

Pertama, yakini bahwa semua adalah takdir Allah. Kedua, lakukan introspeksi diri (muhasabah), karena musibah bisa jadi disebabkan oleh dosa, sebagaimana firman Allah: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ (“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…”). Perbanyak istighfar dan jangan putus asa untuk terus berusaha dan berdoa.

7. Bagaimana kiat mengajak anak yang tidak semangat untuk ikut kajian?

Berikan motivasi dengan menyebutkan dalil-dalil keutamaan menuntut ilmu. Selain itu, berikan apresiasi atau hadiah. Anak-anak biasanya senang dengan hadiah, dan ini adalah cara yang baik untuk mengarahkan mereka kepada kebaikan.

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan. Insyaallah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Related Articles

Back to top button