Ilmu Nahwu – kitab Ath-Thurfah .3


Pendahuluan: Tinjauan Ulang dan Pengantar Bab Baru

Sebagai tinjauan singkat dari pertemuan sebelumnya, telah dibahas bahwa kata yang dapat berubah akhirannya (المُعْرَب) hanya mencakup dua jenis, yaitu:

  • الإِسْمُ المُتَمَكِّن (Al-Ism Al-Mutamakkin): Isim murni yang tidak menyerupai huruf.
  • الفِعْلُ المُضَارِع (Al-Fi’l Al-Mudhari’): Fi’il yang dihukumi mu’rab karena memiliki kemiripan dengan isim dari berbagai sisi, seperti jumlah huruf, cakupan waktu, dan amalannya.

Adapun jenis kata lain seperti حَرْف (ḥarf), فِعْل مَاضِي (fi‘l mādhī), dan فِعْل أَمْر (fi‘l amr) seluruhnya dihukumi مَبْنِي (mabnī), atau memiliki akhiran yang tetap.

Pada pertemuan ini, pembahasan akan difokuskan pada bab baru, yaitu بَابُ إِعْرَابِ الأَسْمَاءِ (Bābu I‘rāb al-Asmā’), yang merinci jenis-jenis perubahan i’rab pada Isim Mutamakkin. Penulis membaginya ke dalam delapan kategori.

Pembahasan Bab III: Kategori I’rab pada Isim

Berikut adalah delapan kategori isim mu’rab yang dijelaskan dalam kitab:

1. Isim Shahih Munsharif (الصَحِيحُ المُنْصَرِف)

Ini adalah kategori isim yang paling dasar.

  • Definisi:
    • صَحِيح (Ṣaḥīḥ): Isim yang diakhiri oleh huruf shahih (selain tiga huruf ‘illah: alif, waw, ya).
    • مُنْصَرِف (Munsharif): Isim yang menerima tanwin dan tidak memiliki kemiripan dengan fi’il. Disebut munsharif karena ia “berpaling” atau menjauh dari karakteristik fi’il, sehingga ia murni berada di “zona isim”.
  • Hukum I’rab: Di-i’rab menggunakan harakat asli (العَلَامَات الأَصْلِيَّة) secara sempurna.
    • Rafa’ dengan ضَمَّة (ḍammah), contoh: جَاءَ رَجُلٌ.
    • Nashab dengan فَتْحَة (fatḥah), contoh: رَأَيْتُ رَجُلاً.
    • Jar dengan كَسْرَة (kasrah), contoh: مَرَرْتُ بِرَجُلٍ.
  • Cakupan: Hukum ini berlaku untuk isim mufrad (tunggal) dan jamak taksir (plural tidak beraturan).

2. Isim Shahih Ghairu Munsharif (الصَحِيحُ غَيْرُ المُنْصَرِف)

  • Definisi: Isim yang tidak menerima tanwin karena memiliki kemiripan dengan fi’il.
  • Hukum I’rab: Hanya memiliki dua tanda i’rab dan tidak pernah menerima kasrah.
    • Rafa’ dengan ضَمَّة (ḍammah), contoh: جَاءَ أَحْمَدُ.
    • Nashab dengan فَتْحَة (fatḥah), contoh: رَأَيْتُ أَحْمَدَ.
    • Jar dengan فَتْحَة (fatḥah) sebagai pengganti kasrah, contoh: مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ.

3. Isim Manqush (المَنْقُوص)

  • Definisi: Isim yang diakhiri dengan huruf يَاء لَازِمَة (yā’ lāzimah / ya’ yang tetap) yang didahului harakat kasrah. Contoh: القَاضِي.
  • Hukum I’rab:
    • Rafa’ dan Jar: Tanda i’rab-nya disembunyikan (مُقَدَّرَة). Menurut penulis, untuk memudahkan pemula, cukup dikatakan diakhiri dengan sukun. Contoh: جَاءَ القَاضِي dan مَرَرْتُ بِالقَاضِي. Hilangnya harakat ini disebabkan karena beratnya pengucapan (لِلثِّقَل).
    • Nashab: Tanda i’rab-nya tampak jelas dengan فَتْحَة (fatḥah), karena ringan diucapkan. Contoh: رَأَيْتُ القَاضِيَ.

4. Isim Maqshur (المَقْصُور)

  • Definisi: Isim yang diakhiri dengan أَلِف لَازِمَة (alif lāzimah / alif yang tetap), baik berbentuk alif lurus maupun bengkok. Contoh: الفَتَى, العَصَا.
  • Hukum I’rab: Seluruh tanda i’rab-nya disembunyikan (مُقَدَّرَة). Hal ini disebabkan karena mustahil (لِلتَعَذُّر) memberikan harakat pada huruf alif.
    • Contoh: جَاءَ الفَتَى, رَأَيْتُ الفَتَى, مَرَرْتُ بِالفَتَى.

5. Al-Asma’ As-Sittah (الأَسْمَاءُ السِّتَّة)

  • Definisi: Enam isim khusus, yaitu أَبُوكَ، أَخُوكَ، حَمُوكِ، هَنُوكَ، فُوكَ، ذُو مَالٍ.
  • Hukum I’rab: Di-i’rab menggunakan huruf sebagai pengganti harakat.
    • Rafa’ dengan وَاو (wāw), contoh: جَاءَ أَبُوكَ.
    • Nashab dengan أَلِف (alif), contoh: رَأَيْتُ أَبَاكَ.
    • Jar dengan يَاء (yā’), contoh: مَرَرْتُ بِأَبِيكَ.
  • Syarat: Syarat utamanya adalah tidak di-mudhaf-kan kepada ya’ mutakallim (يَاءُ المُتَكَلِّم).

6. Al-Mutsanna (المُثَنَّى)

  • Definisi: Isim yang menunjukkan makna ganda (dua).
  • Hukum I’rab: Di-i’rab menggunakan huruf.
    • Rafa’ dengan أَلِف (alif), contoh: جَاءَ مُسْلِمَانِ.
    • Nashab dan Jar dengan يَاء (yā’), contoh: رَأَيْتُ مُسْلِمَيْنِ.
  • Catatan: Huruf nun pada isim mutsanna selalu berharakat kasrah untuk membedakannya dari jamak mudzakkar salim.

7. Jamak Mudzakkar Salim (جَمْعُ المُذَكَّرِ السَّالِم)

  • Definisi: Bentuk jamak beraturan untuk laki-laki.
  • Hukum I’rab: Di-i’rab menggunakan huruf.
    • Rafa’ dengan وَاو (wāw), contoh: جَاءَ المُسْلِمُونَ.
    • Nashab dan Jar dengan يَاء (yā’), contoh: رَأَيْتُ المُسْلِمِينَ.
  • Catatan: Huruf nun pada jamak mudzakkar salim selalu berharakat fathah untuk membedakannya dari mutsanna.

8. Jamak Muannats Salim (جَمْعُ المُؤَنَّثِ السَّالِم)

  • Definisi: Bentuk jamak beraturan untuk perempuan.
  • Hukum I’rab: Hanya memiliki dua tanda i’rab dan tidak pernah menerima fathah.
    • Rafa’ dengan ضَمَّة (ḍammah), contoh: جَاءَتْ مُسْلِمَاتٌ.
    • Nashab dan Jar dengan كَسْرَة (kasrah), contoh: رَأَيْتُ مُسْلِمَاتٍ, مَرَرْتُ بِمُسْلِمَاتٍ.
  • Catatan: Ketiadaan fathah bertujuan untuk muqābalah (مُقَابَلَة), yaitu untuk menyelaraskan dengan jamak mudzakkar salim yang juga hanya memiliki dua penanda i’rab (waw dan ya).

#Prolog

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ’anhu. Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu secara langsung dengan melenyapkan ilmu itu dari manusia. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama. Sehingga apabila Allah tidak menyisakan orang berilmu lagi, orang-orang pun mengangkat para pemimpin yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.’” (HR. Bukhari)

Sumber: https://muslim.or.id/93486-malapetaka-akhir-zaman.html
Copyright © 2025 muslim.or.id