Dr. Emha Hasan Ayatullah M.AKajian KitabShahih Jami' As- Shagir

Shahih Jami’ As-Shagir: Pesan-Pesan Jibril kepada Rasulullah ﷺ

Pesan-Pesan Jibril kepada Rasulullah ﷺ


Kajian Kitab Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir: Pesan-Pesan Jibril kepada Rasulullah ﷺ

Disampaikan oleh: Al-Ustadz Dr. M.H. Hasan Ayatullah, M.A. (hafizhahullāh)


Mukadimah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى المَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ… إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ.

Kaum muslimin dan muslimat, ikhwan dan akhwat di manapun Anda berada, semoga apa yang kita pelajari bermanfaat dan tidak ada ilmu, waktu, serta usaha yang sia-sia.

Imam Al-Bukhari rahimahullāh, sebagaimana dinukil oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, pernah berkata: “أَعْظَمُ المُسْلِمِينَ رَجُلٌ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَنِ الرَّسُولِ ﷺ قَدْ أُمِيتَتْ” (“Orang yang paling mulia di antara kaum muslimin adalah seseorang yang menghidupkan sunah Rasulullah ﷺ setelah sunah itu mati atau ditinggalkan”).

Di zaman Imam Al-Bukhari (w. 256 H), ketika masih banyak para pelajar hadis, beliau sempat mengatakan: “فَاصْبِرُوا يَا أَصْحَابَ السُّنَنِ فَإِنَّكُمْ أَقَلُّ النَّاسِ” (“Maka sabarlah kalian wahai para ahli sunah, karena kalian adalah minoritas”). Al-Khatib Al-Baghdadi (w. 463 H) mengomentari, jika di zaman itu saja mereka dianggap minoritas, bagaimana dengan zaman kita sekarang?

Maka dari itu, kita berharap obrolan di tengah keluarga dan masyarakat kita dapat diwarnai dengan pembahasan hadis-hadis Nabi ﷺ, sehingga sunah beliau menjadi sesuatu yang hidup dan familier.


Pembahasan Utama: Hadis-Hadis yang Diawali dengan “Jibril Mendatangiku”

Pada malam ini, kita akan membahas beberapa riwayat di mana Nabi ﷺ didatangi oleh Malaikat Jibril. Riwayat-riwayat yang diawali dengan lafaz “أَتَانِي جِبْرِيلُ” (Jibril mendatangiku) ini merupakan wahyu, sama seperti Al-Qur’an, yang wajib kita jadikan pedoman. Ahlus Sunnah meyakini bahwa sabda Rasulullah ﷺ adalah wahyu. Allah berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah.” (QS. Al-Hasyr: 7)

Allah juga berfirman:

لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ

“…agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl: 44)

Penjelasan Rasulullah ﷺ terhadap Al-Qur’an, baik berupa tafsir maupun perincian, juga merupakan wahyu yang harus dipegang teguh.

1. Perintah Mengeraskan Suara Talbiyah

Hadis pertama (no. 62 dalam Shahih Al-Jami’) diriwayatkan oleh Sa’ib bin Khallad, Rasulullah ﷺ bersabda:

“أَتَانِي جِبْرِيلُ، فَأَمَرَنِي أَنْ آمُرَ أَصْحَابِي وَمَنْ مَعِي أَنْ يَرْفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّلْبِيَةِ”

“Jibril mendatangiku, lalu ia memerintahkanku agar aku menyuruh para sahabatku dan orang-orang yang bersamaku untuk mengeraskan suara mereka saat bertalbiyah.”

Talbiyah adalah ucapan:

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ.

Menurut Imam Ash-Shan’ani, perintah ini menunjukkan betapa pentingnya mengeraskan suara talbiyah. Jumhur ulama (mayoritas ulama) berpendapat hukumnya adalah sunah, baik talbiyah itu sendiri maupun mengeraskannya. Ini merupakan salah satu syiar haji dan umrah. Dalam hadis lain (no. 67) dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, disebutkan: “…فَإِنَّهَا مِنْ شَعَائِرِ الحَجِّ” (“…karena ia (talbiyah) termasuk syiar-syiar haji”).

Sayangnya, sebagian kita sering kali merasa malu atau sungkan untuk mengeraskan suara talbiyah, terutama jika berada di tengah orang banyak yang tidak sedang berihram. Padahal, ini adalah ibadah utama selama perjalanan menuju Baitullah, lebih afdal daripada membaca Al-Qur’an pada saat itu. Adapun bagi wanita, mereka tidak diperintahkan mengeraskan suara untuk menjaga diri.

2. Keutamaan Hasan, Husein, dan Fatimah

Hadis kedua (no. 63) dari Hudzaifah, Rasulullah ﷺ bersabda:

“أَتَانِي جِبْرِيلُ فَبَشَّرَنِي أَنَّ الحَسَنَ وَالحُسَيْنَ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ”

“Jibril mendatangiku lalu memberiku kabar gembira bahwa Al-Hasan dan Al-Husain adalah pemimpin para pemuda penghuni surga.”

Semua penghuni surga akan berusia muda. Maksud dari “pemimpin pemuda” adalah pemimpin bagi seluruh penghuni surga, kecuali para nabi dan rasul. Dalam riwayat lain, disebutkan pengecualian untuk Nabi Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria. Ayah mereka, Ali bin Abi Thalib, juga ditegaskan lebih utama dari keduanya: “وَأَبُوهُمَا خَيْرٌ مِنْهُمَا”.

Dalam hadis lain (no. 79), seorang malaikat yang belum pernah turun sebelumnya datang untuk memberitakan kabar gembira bahwa:

“وَأَنَّ فَاطِمَةَ سَيِّدَةُ نِسَاءِ أَهْلِ الجَنَّةِ”

“Dan bahwasanya Fatimah adalah pemimpin para wanita penghuni surga.”

Keutamaan ini dikecualikan untuk Maryam binti Imran, yang lebih afdal darinya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, “Sebaik-baik wanita di zamannya adalah Maryam binti Imran, dan sebaik-baik wanita (di zaman ini) adalah Khadijah binti Khuwailid.”

3. Jaminan Surga bagi Ahli Tauhid

Hadis ketiga (no. 64 & 66) dari Abu Dzar, Rasulullah ﷺ bersabda:

“أَتَانِي جِبْرِيلُ فَبَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِكَ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الجَنَّةَ”

“Jibril mendatangiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya barang siapa dari umatmu yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, ia akan masuk surga.”

Nabi ﷺ bertanya: “وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ؟” (Meskipun ia berzina dan mencuri?). Jibril menjawab: “Iya.” Dalam riwayat lain, ditambahkan: “وَإِنْ شَرِبَ الخَمْرَ” (Meskipun ia meminum khamar).

Ini adalah akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Seorang muslim yang mati dalam keadaan bertauhid, tidak melakukan syirik, tidak akan kekal di neraka. Nasibnya berada di bawah kehendak Allah (tahtal masyī’ah):

  • Jika Allah berkehendak, Dia akan mengampuni dosa-dosanya dan langsung memasukkannya ke surga.
  • Jika Allah berkehendak, Dia akan menghukumnya terlebih dahulu di neraka sesuai kadar dosanya, lalu mengeluarkannya dan memasukkannya ke surga.

Ini dibuktikan dengan hadits al-bithāqah (hadis kartu), di mana seorang hamba dengan 99 catatan keburukan diselamatkan oleh satu kartu bertuliskan kalimat tauhid “أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ”, yang timbangannya lebih berat dari semua dosanya.

4. Al-Qur’an Diturunkan dalam Tujuh Huruf (Ahruf)

Hadis keempat (no. 65) dari Ubay bin Ka’ab, Rasulullah ﷺ bersabda:

“أَتَانِي جِبْرِيلُ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُقْرِئَ أُمَّتَكَ القُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ”

“Jibril mendatangiku dan berkata: ‘Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf (bahasa/logat).'”

Nabi ﷺ memohon keringanan kepada Allah, karena umatnya tidak akan mampu. Permohonan ini terus diulang hingga Jibril datang keempat kalinya dan berkata:

“إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تُقْرِئَ أُمَّتَكَ القُرْآنَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَأَيُّمَا حَرْفٍ قَرَءُوا عَلَيْهِ فَقَدْ أَصَابُوا”

“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf mana pun yang mereka baca, maka itu benar.”

Tujuh huruf ini adalah tujuh ragam bacaan (logat Arab) yang semuanya benar dan tidak mengubah substansi makna halal-haram. Ini adalah bentuk kemudahan dari Allah untuk umat ini. Contohnya adalah kisah Umar bin Khattab yang mendengar Hisyam bin Hakim membaca Surah Al-Furqan dengan bacaan yang berbeda dari yang ia pelajari. Nabi ﷺ kemudian membenarkan kedua bacaan tersebut dan bersabda: “إِنَّمَا أُنْزِلَ القُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ، فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ” (“Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, maka bacalah mana yang mudah bagi kalian”).


Sesi Tanya Jawab

  1. Hukum Menikahi Wanita Hamil: Jumhur ulama berpendapat tidak boleh menikahi wanita yang sedang hamil (karena hubungan di luar nikah) hingga ia melahirkan. Rahimnya harus dipastikan kosong dari benih laki-laki lain sebelum dinikahi.
  2. Takdir yang Ditetapkan 50.000 Tahun dan Saat di Rahim: Keduanya benar dan tidak bertentangan. Takdir yang ditulis 50.000 tahun sebelum penciptaan adalah takdir umum yang mencakup segala sesuatu di Lauhul Mahfuz. Adapun penulisan takdir saat janin berusia 120 hari adalah perincian takdir khusus bagi individu tersebut, yang juga sudah termasuk dalam catatan umum di Lauhul Mahfuz.
  3. Teman Non-Muslim Tertarik Islam tapi Takut Durhaka: Kewajiban utama adalah taat kepada Allah. Allah berfirman, jika orang tua mengajak kepada kesyirikan, maka jangan ditaati, namun tetaplah bergaul dengan mereka di dunia secara baik (وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا). Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.
  4. Amal Anak Saleh untuk Orang Tua Non-Muslim: Syafaat dan pahala jariyah dari anak saleh hanya berlaku untuk orang tua yang muslim. Syarat utama untuk menerima syafaat di akhirat adalah beriman kepada Allah dan ajaran Islam.
  5. Kewajiban Anak pada Ayah yang Menelantarkan: Secara syariat, seorang anak tetap wajib berbakti kepada orang tuanya, meskipun mereka pernah menelantarkannya. Jasa terbesar mereka adalah menjadi sebab keberadaan kita di dunia. Namun, kewajiban ini dilaksanakan sesuai kemampuan (لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا).

Penutup (Ikhtitam)

Di antara sunah yang mulia adalah tidur dalam keadaan suci (berwudu). Rasulullah ﷺ bersabda:

“مَنْ بَاتَ طَاهِرًا، بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ حَتَّى يَقُولَ المَلَكُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلَانٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا”

“Barang siapa tidur malam dalam keadaan suci, maka seorang malaikat akan bermalam di dalam selimutnya. Ia tidak akan bangun melainkan malaikat itu berdoa: ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan, karena ia tidur dalam keadaan suci.'” (HR. Ibnu Hibban, sanad hasan).

Nabi ﷺ juga berpesan, jika hendak tidur, berwudulah, berbaringlah miring ke kanan, dan bacalah doa:

“اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ…”

“Ya Allah, aku serahkan wajahku kepada-Mu, dan aku pasrahkan urusanku kepada-Mu…”

Semoga Allah menutup hidup kita dengan husnul khatimah.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُولِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَالحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ.


Related Articles

Back to top button