Shahih Jami’ As-Shagir: Amal-Amal Saleh Penambah Pahala

بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَحِيْمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الْمَبْعُوثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Allah berfirman:1
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah 2sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam – QS. Ali ‘Imran: 102).
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ… إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri… Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu – QS. An-Nisa: 1).
أَمَّا بَعْدُ. Kaum muslimin dan muslimat, pemirsa Roja TV, pendengar Radio Roja, dan seluruh kaum muslimin di manapun antum berada. Kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mudah-mudahan kita selalu ikhlas, Allah selalu rida kepada kita, dan kita bisa istikamah selalu di atas sunnah.
Keutamaan Ahli Hadis dan Perjuangannya
Ini merupakan sesuatu yang jarang, langka, apalagi seseorang bisa mengikuti jejak para ulama. Bukan hanya sekadar berupaya menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjaga hadis-hadisnya, akan tetapi bahkan seseorang bisa menjadi pionir, mengambil tongkat estafet dalam menyuguhkan peninggalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umat. Ini sesuatu yang sangat terhormat dan berharga.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah, sebagaimana dinukil oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitab Al-Jami’ li Akhlaqir Rawi wa Adabis Sami’, beliau menukil perkataan Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah: أَفْضَلُ الْمُسْلِمِينَ رَجُلٌ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَنِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُمِيتَتْ (Orang Islam yang paling mulia adalah seseorang yang menghidupkan sebuah sunnah dari sunnah-sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah mati). Ditinggalkan kaum muslimin sehingga tidak dikenal, lalu ada orang menyuguhkannya kembali, menghidupkan dan menyegarkan kembali sehingga kaum muslimin mengerti terhadap sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sempat ditinggalkan itu. Dan beliau mengatakan, فَاصْبِرُوا يَا أَصْحَابَ السُّنَنِ فَإِنَّكُمْ أَقَلُّ النَّاسِ (Wahai para pemilik sunnah, sabarlah kalian dalam perjuangan ini karena kalian adalah minoritas).
Al-Hafizh Al-Khatib Al-Baghdadi rahimahullah mengomentari perkataan Al-Imam Al-Bukhari rahimahumullahu jamian. Beliau mengatakan maksud Al-Imam Al-Bukhari ashabus sunan aqallun naas (ahli sunnah adalah minoritas) adalah حُفَّاظُهُ، الْعَارِفِينَ بِطُرُقِهِ، الْمُمَيِّزِينَ صَحِيحَهُ مِنْ سَقِيمِهِ (mereka yang menghafal hadis, mengerti jalur sanad dan periwayatannya, serta mampu membedakan yang sahih dengan yang tidak sahih). Ini jarang sekali, mereka minoritas. Dan beliau mengatakan, وَصَدَقَ رَحِمَهُ اللهُ (Benarlah apa yang beliau sampaikan).
Ini orang-orang yang perhatian terhadap hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, diwujudkan dengan menghafal, kemudian mengenal jalur periwayatan, kemudian mereka ahli dalam bidang ini. Ini jarang ada orang yang siap untuk berkorban dan berjuang. Maka benar apa yang disampaikan para ulama bahwa mereka, orang-orang yang sibuk dan siap menyumbangkan jiwa raga, umur, dan segala tenaganya untuk menjaga agar dalil ini bisa dijadikan patokan dan pedoman.
Hadis Pertama: Keutamaan Shalawat
Ada beberapa hadis yang disebutkan oleh mualif, As-Suyuthi rahimahullahu ta’ala. Hadis yang pertama, hadis Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، فَقَالَ: مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلَاةً، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهَا
(Aku didatangi oleh seorang utusan dari Tuhanku ‘Azza wa Jalla, lalu ia berkata: “Barangsiapa dari umatmu yang bershalawat kepadamu satu kali, maka Allah akan mencatat untuknya sepuluh kebaikan, menghapus darinya sepuluh keburukan, mengangkat untuknya sepuluh derajat, dan membalas shalawat serupa untuknya.”)
Ini menunjukkan keistimewaan orang yang menjawab azan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ… فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ (Apabila kalian mendengar azan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muazin. Kemudian bershalawatlah kepadaku, karena barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Lalu mintalah kepada Allah Al-Wasilah untukku… Barangsiapa memintakan Al-Wasilah untukku, maka ia berhak mendapatkan syafaatku).
Hadis Kedua: Keberkahan Wadi Al-Aqiq
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Abu Daud, dan Imam Ahmad dari sahabat Umar radhiyallahu ‘anhu. Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَتَانِي اللَّيْلَةَ آتٍ مِنْ رَبِّي فَقَالَ: صَلِّ فِي هَذَا الْوَادِي الْمُبَارَكِ – يَعْنِي الْعَقِيقَ – وَقُلْ: عُمْرَةٌ فِي حَجَّةٍ
(“Malam ini aku didatangi oleh seorang utusan dari Tuhanku, ia berkata: ‘Salatlah di lembah yang diberkahi ini’—yaitu Al-Aqiq—’dan katakanlah (niatkan): umrah dalam haji.'”)
Wadi Al-Aqiq itu sekarang di Abyar Ali atau Bir Ali, tempatnya bernama Dzul Hulaifah, yang menjadi miqat penduduk Madinah. Hadis ini menunjukkan tentang keberkahan tempat yang ada di Wadi Al-Aqiq dan bahwa haji yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah haji qiran.
Hadis Ketiga: Amalan Penggugur Dosa dan Peninggi Derajat
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan memiliki beberapa jalur lain yang saling menguatkan. Syekh Albani rahimahullah termasuk yang mensahihkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُورَةٍ (Tadi malam Tuhanku Tabaaraka wa Ta’aala datang kepadaku dalam wujud yang paling indah). Disebutkan dalam beberapa riwayat, maksudnya adalah dalam mimpi.
Maka Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيمَ يَخْتَصِمُ الْمَلَأُ الْأَعْلَى؟ (Wahai Muhammad, tahukah kamu tentang apa para malaikat di langit berdebat?). Aku (Nabi) berkata: “Tidak.” Lalu Allah meletakkan tangan-Nya di antara dua pundakku hingga aku merasakan kesejukannya di dadaku, maka aku pun mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi.
Allah bertanya lagi, dan Nabi menjawab: نَعَمْ، فِي الْكَفَّارَاتِ وَالدَّرَجَاتِ (Iya, mereka berdebat tentang amalan-amalan penggugur dosa dan peninggi derajat).
- Amalan Penggugur Dosa (الْكَفَّارَاتُ):
- الْمُكْثُ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ (Berdiam di masjid setelah salat).
- الْمَشْيُ عَلَى الْأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ (Berjalan kaki menuju salat berjamaah).
- إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ فِي الْمَكَارِهِ (Menyempurnakan wudu dalam kondisi yang tidak disukai, seperti saat cuaca dingin).
Allah berfirman: صَدَقْتَ يَا مُحَمَّدُ. وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ، وَمَاتَ بِخَيْرٍ، وَكَانَ مِنْ خَطِيئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (Engkau benar, wahai Muhammad. Barangsiapa melakukan itu, ia akan hidup dalam kebaikan, mati dalam kebaikan, dan ia bersih dari dosanya seperti pada hari ibunya melahirkannya).
Kemudian Allah berfirman: يَا مُحَمَّدُ، إِذَا صَلَّيْتَ فَقُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِي وَتَرْحَمَنِي، وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ (Wahai Muhammad, jika engkau salat, maka ucapkanlah: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk dapat melakukan kebaikan, meninggalkan kemungkaran, mencintai orang miskin, dan agar Engkau mengampuniku dan merahmatiku. Dan jika Engkau menghendaki fitnah bagi hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah aku kepada-Mu dalam keadaan tidak tertimpa fitnah.”)
Hadis Keempat: Pilihan Antara Demam dan Tha’un
Hadis ini diriwayatkan dari Abu ‘Asib, budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita: أَتَانِي جِبْرِيلُ بِالْحُمَّى وَالطَّاعُونِ (Jibril mendatangiku dengan membawa (pilihan antara) demam dan tha’un).
فَأَمْسَكْتُ الْحُمَّى بِالْمَدِينَةِ، وَأَرْسَلْتُ الطَّاعُونَ إِلَى الشَّامِ (Maka aku menahan demam di Madinah, dan aku kirimkan tha’un ke negeri Syam).
فَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِأُمَّتِي، وَرَحْمَةٌ لَهُمْ، وَرِجْسٌ عَلَى الْكَافِرِينَ (Maka tha’un adalah kesyahidan bagi umatku, rahmat bagi mereka, dan azab bagi orang-orang kafir).
Hadis Kelima: Pemberitaan Wafatnya Al-Husain
Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ummul Fadhl binti Al-Harits, dan disahihkan oleh Syekh Albani. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan:
أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي أَنَّ أُمَّتِي تَقْتُلُ ابْنِي هَذَا – يَعْنِي الْحُسَيْنَ – وَأَتَانِي بِتُرْبَةٍ مِنْ تُرْبَتِهِ حَمْرَاءَ
(Jibril datang memberitahuku bahwa umatku akan membunuh putraku ini—yaitu Al-Husain. Dan ia membawakanku segenggam tanah dari tempatnya (terbunuh) yang berwarna merah).
Ini merupakan salah satu tanda kenabian, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberitahu oleh Allah tentang perkara gaib yang akan terjadi di masa depan.
Sesi Tanya Jawab
Pertanyaan 1 (Pak Ali, Pasar Minggu): Adakah amalan yang bisa menambah pahala bagi orang yang sudah meninggal, terkait dengan praktik tahlilan dan mengirim Al-Fatihah?
Jawaban: Ya, ada riwayat yang menunjukkan doa bisa menambah derajat orang yang sudah meninggal. Ketika Abu Salamah wafat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ (Ya Allah, ampunilah Abu Salamah dan angkatlah derajatnya di kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk). Ini menunjukkan doa dapat bermanfaat.
Adapun mengirim pahala amalan, hukum asalnya harus berdasarkan dalil. Amalan yang dalilnya jelas sampai kepada mayit adalah:
- Sedekah: Berdasarkan hadis sahih di mana seorang sahabat bersedekah atas nama ibunya yang meninggal mendadak.
- Puasa Qadha: Berdasarkan hadis: مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ (Barangsiapa meninggal dan punya utang puasa, maka walinya berpuasa untuknya).
- Badal Haji dan Umrah: Ini juga memiliki dalil yang jelas.
Selain yang ada dalilnya, kita tidak bisa memastikan apakah amalan tersebut sampai atau tidak, karena ini adalah urusan gaib.
Pertanyaan 2 (Pesan WhatsApp): Kenapa amalan saleh yang kecil tapi terus-menerus pahalanya bisa menjadi besar?
Jawaban: Karena setiap kali seseorang berniat untuk beramal saleh, pahalanya sudah dicatat. Hadis menyatakan: مَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً (Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan namun belum melakukannya, Allah catat untuknya satu kebaikan sempurna). Jika ia mengerjakannya, pahalanya dilipatgandakan. Orang yang melakukan amalan kecil secara terus-menerus, ia akan terus-menerus memperbarui niat dan amalannya, sehingga pahalanya terus berlipat ganda. Selain itu, amalan kecil cenderung lebih menjaga dari sifat ‘ujub (bangga diri).
Pertanyaan 3 (Pak Ujang, Tegal): Bagaimana hukum merayakan Maulid Nabi?
Jawaban: Yang sahih adalah apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat. Mereka adalah orang yang paling cinta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kecintaan mereka terbukti dengan pengorbanan jiwa, raga, dan harta. Namun, kecintaan itu tidak mereka wujudkan dengan perayaan (maulid) dan semacamnya. Maka, jika kita ingin mendapatkan kemuliaan seperti mereka, kita perlu mencontoh apa yang mereka lakukan.
Penutup (Ikhtitam)
Seperti yang kita awali kajian malam ini, Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan bahwa ahli hadis adalah minoritas. Jauh sebelum beliau, seorang tabi’in, Yunus bin ‘Ubaid rahimahullah (wafat 139 H), berkata: لَيْسَ شَيْءٌ أَغْرَبَ مِنَ السُّنَّةِ، وَأَغْرَبُ مِنْهَا مَنْ يَعْرِفُهَا (Tidak ada sesuatu yang lebih asing daripada sunnah, dan yang lebih asing lagi adalah orang yang mengenali/mengajarkan sunnah).
Maka berbahagialah orang-orang asing. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ (Keberuntungan besar bagi orang-orang yang asing). Semoga kita termasuk menjadi mereka dan bisa meniti jalan orang-orang yang pernah sukses dan mendapat rekomendasi dari Allah dan Rasul-Nya.
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ. وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.