Dr. Emha Hasan Ayatullah M.AShahih Muslim

Sahih Muslim : Panasnya Neraka jahanam dan Siapa Penghuninya

الرَّقَائِقُ artinya تَزْكِيَةُ النُّفُوسِ, yang menyucikan, yang melembutkan. Dan hadis tentang akhirat ini menjadi setidaknya sebab orang bisa menganggap bahwa dunia ini bukan tujuan. Kita bayangkan, orang belajar kemudian belajarnya semangat. Kalau tidak hati-hati, orang juga bisa salah niat. Sampai para ulama mengatakan ada dua hal yang bisa يُطْغِي. يُطْغِي itu artinya membuat orang kelewatan, melampaui batas. Yang pertama, uang, harta. Yang kedua, ilmu. Ilmu itu bisa membuat orang berlebihan. Betul-betul jadi sombong, kemudian rakus.

Benar, ada orang yang rakus, entah rakus dalam masalah belajarnya atau rakus setelah dia punya ilmunya. Tapi yang jelas, orang kalau tidak hati-hati memang gampang tergelincirnya. Sehingga, mudah-mudahan kita ini bisa belajar. Kadang kita berpikir, orang sudah punya duit banyak, tapi ya masih tetap ingin nambah, ingin nambah, dan akhirnya kalau mati tidak ada harganya. Saya pernah lewat di bangunan tinggi sekali, itu DKM yang mengajak saya bilang, “Ini punya satu orang.” Lewat begitu. “Iya, yang mengembangkan ini, pokoknya daerah ini, ini yang punya.” “Terus orangnya sekarang bagaimana?” “Sudah mati.” Ya, sudah mati. Masa gedungnya dibawa? Kan tidak mungkin.

Andai saja orang ini punya tradisi—saya tahu katanya tradisi sebagian keyakinan mereka, kalau mati itu duitnya dibawa. Jadi kasurnya didandani, dia dimasukkan pakai tempat yang mewah, bahkan dibikinkan kamar yang enak. Memangnya bisa untuk menyogok malaikat? Tidak bisa, kan? Dimasukkan semua juga tidak akan bisa. Jadi orang sehebat apapun, pernah juga punya rumah mewah, ada kamar khusus, kamar utama, kemudian ada barang-barang yang dipilih untuk koleksi. Kadang orang ingin seperti itu. Selama tidak berlebihan memang mubah. Selama tidak berlebihan, itu semuanya mubah. Mau baju yang ingin dibedakan, mau tempat tidur, mau fasilitas, silakan saja. Tapi kalau mati kan ditinggal semua itu. Tapi ya itu, kalau kita berpikir, Subhanallah, berarti masa depan kita itu betul-betul yang itu. Kalau akhirnya juga tidak ada manfaatnya, اللهُ الْمُسْتَعَانُ.

Maka, mudah-mudahan kita bisa memupuk dan mempersiapkan, menabung. Allah menyatakan, وَتَزَوَّدُوا (Carilah bekal). Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ketika beliau tidur sampai membekas di badannya, Umar bin Khattab menangis lalu mengatakan, “Kenapa engkau tidak berdoa? Itu raja-raja hidupnya nyaman sekali.” Kata Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ؟ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الدُّنْيَا” (Apa kamu ragu dengan agama ini? Mereka itu kaum yang kebaikannya disegerakan di dunia saja). Jadi didahulukan, setelah itu mereka tidak dapat apa-apa. Nah, yang khawatir kan kita di dunia tidak dapat, di akhirat tidak dapat. Ini miskin dunia akhirat, merana sekali kita. Mudah-mudahan kita bisa lebih baik.

Dan kalau kita bilang, orang di zaman sekarang ini kalau dibilang miskin, semiskin-miskinnya orang sekarang mungkin jadi orang paling mewah di zaman Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Di zaman Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, ada orang tidak punya baju, cuma satu sarung. Jabir bin Abdillah seperti itu. Beliau pakai pakaian sampai mepet-mepet. Sampai kata Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Ini apa pakai baju seperti ini?” “Ini karena bajuku sempit, ya Rasulullah.” Kata Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “إِنْ كَانَ وَاسِعًا فَالْتَحِفْ بِهِ، وَإِنْ كَانَ ضَيِّقًا فَاتَّزِرْ بِهِ” (Kalau memang agak lebar, bisa dipakai selendang. Kalau sempit, pakai sarungan saja). Artinya, bajunya itu-itu saja. Bahkan Umar bin Khattab pernah memakai baju yang kelihatan lebih bersih. Ditanya oleh Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “أَجَدِيدٌ أَمْ غَسِيلٌ؟” (Ini baju baru atau hanya dicuci?). Karena dicuci kan juga kelihatan cerah.

Kita bayangkan, Subhanallah, baju sebagian kita ini rusaknya bukan karena sering dipakai, tapi sering dicuci. Sehari ganti, besok ganti lagi. Ya, Subhanallah. Tapi artinya itu juga boleh, daripada kita pakai baju bau. Cuma maksudnya, kalau kita bandingkan dengan orang sebelum kita, kita ini tidak ada apa-apanya. Dan semakin berat “cantolannya”, biasanya semakin berat ibadahnya. Ya, orang kalau miskin itu bisa bersyukur, bisa bersabar, bisa berdoa, bisa hadir pengajian. Tapi kalau terlalu sibuk, kaya, itu berat. Bersyukurnya berat, untuk mengaji berat. Ya, bersyukur kita ini sudah dikasih segini sudah Alhamdulillah. Kita kemarin ngobrol sama sebagian ikhwah, itu ada orang sudah kaya bagi-bagi investasi, ada 1 hektar berapa miliar, ini bagi berapa hektar berapa miliar. Masya Allah, kita miliar itu apa, tidak mengerti. Alhamdulillah kita bersyukur. Kalau mengerti, nanti jangan-jangan tidak bisa mengaji. Jadi Allah paling tahu seberapa kemampuan kita. Orang bilang, “Mending kaya bersyukur daripada miskin bersabar.” Kata siapa? Susah itu. Tapi عَلَى كُلِّ حَالٍ, kita mengaji saja. Mau kaya, mau miskin, mau dalam kondisi apapun, kita berusaha untuk belajar agar kita lebih bijak dan bisa beribadah dengan maksimal.

Bab Pertama: Gambaran Neraka di Akhirat

Baik, ikhwah sekalian, pembahasannya seperti yang saya bagikan, mungkin sebagian dari Anda sudah dapat. Ada empat hadis pada bab pertama tentang gambaran neraka di akhirat. Ini kita sebutkan semua teori karena ini adalah alam gaib. Alam gaib, orang tidak bisa berbicara kecuali dengan wahyu. Tidak ada yang tahu. Kalau orang terlalu menantang, “Nanti kita ketemu di neraka,” wah, Subhanallah, berani banget. Ya, seperti orang-orang yang bilang, “Nanti di kuburan kalau begini, nanti begini saja.” Subhanallah, tidak mengerti kuburan itu. Padahal kalau tempat gelap saja dia lari. Disuruh datang ke kuburan sendirian saja mungkin takut. Bagaimana kalau dikubur nanti, kemudian akan ditanya oleh Allah? Subhanallah.

Ini orang kalau takut, semakin punya iman, dia akan semakin hati-hati berbicara. Yang lancang omongannya itu biasanya karena tidak punya ilmu. Sayangnya, yang mendengarkan mereka ini lebih banyak. Orang kalau mengaji, jarang yang dengar. Orang dengar ceramah yang sabar, ada dalil. Konten-konten orang membual seperti itu dilihat sampai berapa ribu. Subhanallah, memang beda orang itu. Ya, wahyu itu berat. Kalau dipelajari, membahas Al-Qur’an, membahas hadis, orang kok tidak tertarik sekali. Cuma lihat bus saja itu di konten siapa, dari umur 50 tahun tidak pernah lihat bus, tapi yang nonton gara-gara hal yang tidak bermanfaat, apalagi yang berbahaya seperti omongan-omongan tadi.

Nah, kita katakan kaidahnya, para ulama bilang, sesuatu yang gaib kita tidak boleh berbicara kecuali dengan wahyu. Ya, mau dalam masalah hari kiamat, surga, neraka, kemudian kehidupan para malaikat, para nabi, dan seterusnya, kita harus memiliki standar wahyu.

Hadis-hadis tentang Kengerian Neraka Jahanam

Ada empat hadis. بَابٌ فِي شِدَّةِ حَرِّ نَارِ جَهَنَّمَ وَبُعْدِ قَعْرِهَا (Bab tentang pedihnya panas neraka Jahanam dan dalamnya neraka). Bahkan ada yang mengatakan, kenapa dikatakan Jahanam? Ada yang mengatakan karena جَهْنَمَةٌ itu artinya gelap. Ada yang mengatakan karena dalam sekali, sampai dikatakan Jahanam. Dan bagaimana neraka ini memperlakukan penghuninya?

Hadis Pertama: Dari Abdullah bin Mas’ud رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زِمَامٍ، مَعَ كُلِّ زِمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا” (Pada hari kiamat, neraka Jahanam akan didatangkan. Ia memiliki 70.000 tali kekang. Setiap tali kekang dipegang oleh 70.000 malaikat yang menyeretnya). Berarti tinggal dikalikan, 70.000 x 70.000. Ini baru talinya, nerakanya bagaimana? Ini kita akan bahas bagaimana besarnya neraka.

Orang yang dimasukkan akan dibuat besar badannya. Orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka akan disiksa, dan masing-masing siksaan akan diberikan di badan-badannya agar dia semakin sempurna penyiksaannya. Dibuat besar badannya agar setiap bagian badan merasakannya. Kita bayangkan, orang kalau dibunuh, selesai. Rampung sudah. Seperti Imam Ahmad رحمه الله ketika beliau akan disiksa, beliau khawatir, “Jangan-jangan aku berubah pendapat nanti. Aku saat ini gigih mengatakan Al-Qur’an كَلَامُ اللهِ. Tapi kalau aku disiksa, aku khawatir sekali kalau aku akhirnya kesakitan kemudian aku murtad atau pindah mazhab.” Maka kata algojonya, “Aman, Abu Abdillah, sekali pukul pingsan engkau.” Kata Imam Ahmad, “Alhamdulillah, tenang saya. Sekali pukul bisa pingsan, bahkan bisa mati.” Karena pukulan itu kalau dipukulkan kepada unta, untanya bisa mati katanya. Nah, sekarang dipukulkan ke Imam Ahmad. Imam Ahmad bilang ketika dengar itu, “Alhamdulillah, berarti saya tidak perlu khawatir berubah pendapat. Karena kalau dipukul, tek, pingsan, sudah habis.” Nah, masalahnya kalau tidak pingsan-pingsan, tidak mati-mati, dia merasakan penyiksaan itu. Ini yang dikhawatirkan.

Seperti orang bilang, “Saya ingin jihad, syahid, masuk surga.” Iya, kalau langsung mati syahid. Kalau ditangkap dulu sama musuh, kemudian dimutilasi dulu, disiksa-siksa dulu. Orang mati mau dipotong-potong, sudah tidak terasa. Sampai ada syair Arab ketika Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi membunuh lawan politiknya, sahabat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, Abdullah ibn Zubair رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا. Dipancung dia, bukan dipancung, disalib. Dipermalukan. Setelah mati, dia ditusuk-tusuk. Sampai ada syair mengatakan, orang sudah mati itu tidak akan berpengaruh mau diapakan juga. Tapi yang repot itu kalau ada orang masih hidup disiksa, lidahnya ditarik, dipotong, matanya ditusuk, badannya dicabik-cabik. Ada penyiksaan seperti itu. Ada orang-orang yang kejam seperti itu. Dan Subhanallah, kalau lihat sejarah, memang tempat-tempat penyiksaan yang mengerikan itu kita tidak bisa bayangkan. Baik, di neraka, bukan hanya orang digituin, dibesarkan badannya agar masing-masing anggota badan merasakan penyiksaan itu.

Hadis Kedua: Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ” (Api yang kita pakai sekarang ini hanya 1/70 dari panas neraka Jahanam). Ini yang dimaksudkan bukan hanya api yang kita lihat bisa membakar saja, tapi semua tegangan, semua yang digunakan dengan daya api, termasuk listrik ini. Dan memang akhirat tidak bisa dibayangkan. Kalau besar, sudah tidak bisa dibayangkan. “مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ“, itu surga, tidak bisa dibayangkan.

Dalam hadis yang sahih, Allah عز وجل menciptakan 100 rahmat. “إِنَّ اللهَ خَلَقَ مِائَةَ رَحْمَةٍ، فَأَنْزَلَ مِنْهَا رَحْمَةً وَاحِدَةً، بِهَا يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ“. Allah menciptakan 100 kasih sayang, yang satu diambil diturunkan di dunia. Ini dipakai untuk semua makhluk agar mereka bisa saling menyayangi. “حَتَّى إِنَّ الدَّابَّةَ لَتَرْفَعُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ” (Sampai ada seekor unta mengangkat kakinya agar tidak mengenai anaknya ketika menyusu). Ini diambil dari satu rahmat yang diciptakan Allah.

Suatu saat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melihat seorang wanita di antara rampasan perang sedang mencari anaknya. Dapat, dia langsung dipeluk, disayang-sayang. Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bertanya, “أَتَرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟” (Apakah mungkin perempuan ini akan melempar anaknya ke api?). “قُلْنَا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ“. Kata Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا” (Allah lebih sayang kepada hamba-Nya daripada wanita ini kepada anaknya). Jadi Allah itu suka kita bertobat, beristighfar, beribadah. Allah suka, padahal Allah tidak butuh. Ini dari satu rahmat yang Allah turunkan.

Nah, sekarang api yang kita pakai cuma satu bagian saja, sisanya 69 bagian ada di neraka. Para sahabat mengatakan, “وَاللهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً” (Ya Rasulullah, satu saja sudah panasnya نَعُوذُ بِاللهِ). “قَالَ: فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا، كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا” (Neraka Jahanam itu masih akan dilipatkan 69 kali lipat panasnya). Subhanallah, kita tidak bisa bayangkan panasnya seperti apa. Kita hanya bisa meminta agar kita dilindungi Allah dari siksa api neraka. Dulu para ulama, kalau akan bermaksiat, diambil api, dibakar dulu tangannya. “Uh, panas. Tidak kuat saya neraka.” Tidak berani bermaksiat. Coba orang zaman sekarang, sudah tahu ada neraka, cuek saja. Ini memang kekuatan iman kita segitu. Kita tahu ini tidak boleh, tapi masih kalah dengan hawa nafsu.

Hadis Ketiga: Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, beliau mengatakan, “كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً” (Pernah kami bersama Nabi, tiba-tiba kami mendengar suara barang jatuh). “فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَدْرُونَ مَا هَذَا؟” (Kalian tahu tidak ini apa?). “قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ“. “قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا، فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا” (Ini suara batu yang dilemparkan ke dalam api neraka sejak 70 tahun yang lalu, sekarang baru sampai di dasarnya). Dalamnya neraka itu perjalanan 70 tahun untuk sebuah batu yang dilempar. Subhanallah, ini dalamnya seberapa? Tidak terbayang.

Hadis Keempat: Dari Samurah bin Jundub رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “إِنَّ مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى حُجْزَتِهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ إِلَى تَرْقُوَتِهِ” (Di antara penduduk neraka, ada yang terbakar sampai dua mata kakinya, ada yang sampai di pinggangnya—tempat mengikat sarung—dan ada yang sampai di lehernya). Ini macam-macam tergantung dosa-dosanya. Ahlus Sunnah meyakini bahwa orang yang bertauhid akan diselamatkan dari kekal di neraka. Adapun apakah dia masuk neraka atau tidak, dan berapa lama, itu terserah Allah, تَحْتَ الْمَشِيئَةِ.

Bab Kedua: Para Penghuni Neraka dan Surga

بَابٌ: النَّارُ يَدْخُلُهَا الْجَبَّارُونَ وَالْجَنَّةُ يَدْخُلُهَا الضُّعَفَاءُ (Neraka itu akan dimasuki oleh orang-orang sombong, sementara surga akan dimasuki oleh orang-orang yang lemah).

Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “احْتَجَّتِ النَّارُ وَالْجَنَّةُ” (Neraka dan surga berdebat). “فَقَالَتْ هَذِهِ: يَدْخُلُنِي الْجَبَّارُونَ وَالْمُتَكَبِّرُونَ. وَقَالَتْ هَذِهِ: يَدْخُلُنِي الضُّعَفَاءُ وَالْمَسَاكِينُ“. Kata neraka, “Yang masuk ke tempatku orang-orang sombong.” Kata surga, “Yang masuk ke tempatku adalah orang-orang miskin, orang-orang lemah.” فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِهَذِهِ: أَنْتِ عَذَابِي أُعَذِّبُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ. وَقَالَ لِهَذِهِ: أَنْتِ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَنْ أَشَاءُ. وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا مِلْؤُهَا” (Allah berfirman kepada neraka, “Kamu itu siksa-Ku, Aku akan menyiksa denganmu siapa yang Aku kehendaki.” Dan kepada surga, “Kamu adalah rahmat-Ku, Aku akan merahmati denganmu siapa yang Aku kehendaki. Dan masing-masing dari kalian berdua akan penuh”).

Di akhir hadis ini dikatakan, “فَأَمَّا النَّارُ فَلَا تَمْتَلِئُ حَتَّى يَضَعَ قَدَمَهُ عَلَيْهَا، فَتَقُولُ: قَطْ قَطْ. فَهُنَالِكَ تَمْتَلِئُ وَيُزْوَى بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ” (Neraka nanti tidak penuh-penuh sampai Allah meletakkan kaki-Nya di dalamnya, baru neraka akan bilang, “قَطْ قَطْ” (cukup, cukup), dan saat itu neraka penuh).

Dari Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “لَا تَزَالُ جَهَنَّمُ يُلْقَى فِيهَا وَتَقُولُ: هَلْ مِنْ مَزِيدٍ؟ حَتَّى يَضَعَ رَبُّ الْعِزَّةِ فِيهَا قَدَمَهُ، فَيَنْزَوِي بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ وَتَقُولُ: قَطْ قَطْ بِعِزَّتِكَ وَكَرَمِكَ. وَلَا يَزَالُ فِي الْجَنَّةِ فَضْلٌ حَتَّى يُنْشِئَ اللهُ لَهَا خَلْقًا فَيُسْكِنَهُمْ فَضْلَ الْجَنَّةِ” (Neraka Jahanam akan terus berkata, “Ada tambahan lagi?” sampai Allah رَبُّ الْعِزَّةِ meletakkan kaki-Nya, lalu ia mengerut dan berkata, “Cukup, cukup, demi keagungan dan kemurahan-Mu.” Sementara surga masih akan ada sisa tempat, sampai nanti Allah akan menciptakan makhluk baru untuk menempatinya).

Dari Abu Sa’id Al-Khudri رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “يُؤْتَى بِالْمَوْتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ” (Nanti pada hari kiamat, kematian akan didatangkan dalam bentuk kambing jantan putih kehitaman). Kambing ini akan diletakkan di antara surga dan neraka. Lalu diserukan, “يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟” (Wahai penghuni surga, kalian kenal ini?). Mereka melihat dan berkata, “نَعَمْ، هَذَا الْمَوْتُ“. Kemudian diserukan juga kepada penduduk neraka, dan mereka menjawab sama. “فَيُؤْمَرُ بِهِ فَيُذْبَحُ” (Maka kematian dalam bentuk kambing itu akhirnya disembelih). “ثُمَّ يُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ. وَيَا أَهْلَ النَّارِ، خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ” (Wahai penduduk surga, kekal, tidak ada lagi kematian. Wahai penduduk neraka, kekal, tidak ada lagi kematian). Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman Allah, “وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ“.

Sifat-sifat Penghuni Neraka dan Surga

Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “ضِرْسُ الْكَافِرِ أَوْ نَابُ الْكَافِرِ مِثْلُ أُحُدٍ، وَغِلَظُ جِلْدِهِ مَسِيرَةُ ثَلَاثٍ” (Gigi geraham orang kafir akan dibuat sebesar Gunung Uhud, dan tebal kulitnya setebal perjalanan tiga hari). Dalam riwayat lain, “مَا بَيْنَ مَنْكِبَيِ الْكَافِرِ مَسِيرَةُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ لِلرَّاكِبِ الْمُسْرِعِ” (Jarak antara dua pundak orang kafir adalah perjalanan tiga hari bagi penunggang kuda yang cepat).

Dari Haritsah bin Wahb, Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ” (Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni surga? Setiap orang yang lemah dan dianggap lemah, namun jika dia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan memenuhinya). “أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ” (Maukah aku tunjukkan kepada kalian penghuni neraka? Setiap orang yang kasar, kikir, lagi sombong).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “رُبَّ أَشْعَثَ مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ” (Banyak orang yang penampilannya kusut masai, ditolak di depan pintu-pintu, namun jika dia bersumpah atas nama Allah, Allah pasti akan mengabulkannya).

Ini gambaran bahwa yang penting adalah kedudukan di akhirat, bukan di dunia. Di sini mungkin kita tidak dikenal, tidak apa-apa. Kita tahu hadis Umar رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, “أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الدُّنْيَا“. Mereka ini adalah orang-orang yang kenikmatannya disegerakan di dunia. Kita seadanya sudah alhamdulillah. Dan yang paling gampang agar kita bersyukur adalah melihat kepada yang lebih sederhana. Gara-gara kita melihat ke atas, kita akhirnya susah bersyukur. وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ. Ini yang dapat kita pelajari. Selanjutnya, insyaallah kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang.

صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُولِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.


Related Articles

Back to top button