Ilmu Nahwu – kitab Ath-Thurfah .1

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
1. Pengenalan Kitab dan Penulisnya
Kajian ini membahas kitab التُّرْفَة (At-Turfah) karya الإِمَامُ شَمْسُ الدِّينِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الهَادِي المَقْدِسِي الحَنْبَلِي (Al-Imām Syamsuddin Muḥammad ibn ‘Abd al-Hādī al-Maqdisī al-Ḥanbalī). Sebelum memasuki isi kitab, pemateri mengulas keutamaan penulis dan karakteristik karyanya.
A. Keutamaan Imam Ibnu Abdil Hadi
Imam Ibnu Abdil Hadi adalah seorang ulama yang mendapat pengakuan luas atas kedalaman ilmunya dari para guru, kolega, dan murid-muridnya. Di antara pujian tersebut adalah:
- Pujian dari Imam Al-Mizzi, yang merupakan gurunya, mengakui bahwa beliau turut mengambil faedah dari Imam Ibnu Abdil Hadi setiap kali bertemu.
- Pujian dari Imam Adz-Dzahabi, yang juga gurunya, menyebutnya sebagai إِمَامُ التَّحْقِيق (Imām at-Taḥqīq) atau satu-satunya ulama di masanya yang menguasai banyak cabang ilmu.
- Pujian dari Imam As-Shafadi, yang menyatakan bahwa seandainya Imam Ibnu Abdil Hadi berumur panjang, niscaya ia akan menjadi sosok yang tiada tandingannya. Beliau juga menyoroti kecerdasannya yang luar biasa, di mana beliau mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan rumit seakan-akan baru saja mengkajinya semalam.
- Pujian dari Imam Ibnu Katsir, yang menuturkan bahwa meskipun usianya belum mencapai 40 tahun, Imam Ibnu Abdil Hadi telah menguasai berbagai disiplin ilmu yang umumnya dikuasai oleh para ulama besar, termasuk ilmu qiraat.
Karya tulisnya yang mencapai lebih dari 80 judul kitab, meskipun usianya wafat terbilang singkat (sekitar 38-39 tahun), menunjukkan adanya keberkahan waktu yang luar biasa pada diri beliau.
B. Kitab At-Turfah dan Karakteristiknya
Nama التُّرْفَة (At-Turfah) sendiri bermakna المُسْتَجَدّ (al-mustajadd), yang berarti sebuah revolusi atau pembaharuan. Penulis mengklaim bahwa kitab ini menawarkan metode baru yang belum pernah digunakan sebelumnya.
Terdapat tiga karakteristik utama yang menjadi keunggulan kitab ini:
- Sangat Ringkas: Kitab ini sangat tipis, bahkan lebih tepat disebut sebagai lembaran-lembaran (وَرَقات) karena hanya terdiri dari sekitar 18 halaman (kurang dari 10 lembar). Hal ini menjadikannya lebih mudah diakses dan diselesaikan oleh para pemula, berbeda dengan kitab-kitab nahwu klasik yang berjilid-jilid tebalnya.
- Bahasa yang Ringan: Penulis menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, sehingga hampir tidak memerlukan kitab penjelas (syarah). Beliau sangat sedikit menggunakan definisi teoretis (تَعْرِيفَات) yang sering kali menyulitkan pemula.
- Dipenuhi dengan Contoh: Kitab ini menggantikan definisi-definisi yang rumit dengan contoh-contoh aplikatif. Metode ini terbukti lebih efektif bagi pemula untuk memahami konsep, seperti mengenali فَاعِل (fā’il) melalui contoh langsung جَاءَ زَيْدٌ (jā’a Zaidun) daripada melalui definisi formalnya.
2. Pembahasan Bab I: Pembagian Kata (أَقْسَامُ الكَلامِ)
Penulis memulai kitabnya dengan bab أَقْسَامُ الكَلامِ (Aqsām al-Kalām), yaitu pembagian kata, yang menjadi objek pembahasan utama dalam ilmu Nahwu.
A. Objek Kajian Ilmu Nahwu
Ilmu Nahwu berfokus pada analisis kata ketika sudah tersusun dalam sebuah kalimat (جُمْلَة). Berdasarkan penelitian mendalam para ulama Nahwu (النُّحَاة) terhadap percakapan orang Arab asli, disepakati bahwa komponen kata dalam bahasa Arab hanya terbagi menjadi tiga jenis:
- اِسْم (Ism / Kata Benda)
- فِعْل (Fi‘l / Kata Kerja)
- حَرْف (Ḥarf / Partikel atau Kata Tugas)
Pembagian ini dinilai jauh lebih sederhana dibandingkan klasifikasi kata dalam bahasa-bahasa lain.
B. Pandangan Minoritas (Khilaf)
Meskipun pembagian tiga jenis kata ini merupakan pandangan mayoritas (جُمْهُور), terdapat beberapa pandangan berbeda (khilāf), di antaranya:
- Abu Ja’far bin Shabir mengusulkan adanya kategori keempat yang ia sebut الخَالِفَة (al-khālifah), yang merujuk pada اِسْمُ الفِعْلِ (ismul fi’li atau kata benda yang bermakna kata kerja).
- Imam al-Farra’ berpendapat bahwa kata كِلَا (kilā) merupakan jenis kata tersendiri yang tidak termasuk dalam kategori isim, fi’il, maupun huruf.
C. Ciri-Ciri Jenis Kata
Penulis kemudian menguraikan ciri-ciri dari setiap jenis kata dengan pendekatan yang praktis dan fokus pada tanda-tanda fisik (عَلَامَات ظَاهِرَة) yang mudah diamati.
1. Isim (اِسْم)
Penulis menyebutkan tiga ciri utama isim yang bersifat fisik dan tidak memerlukan pemahaman makna yang mendalam:
- Dapat diawali oleh الأَلِف وَاللَّام (Al-Alif wal-Lām), contoh: الرَّجُلُ (ar-rajulu).
- Dapat menerima تَنْوِين (tanwīn), contoh: زَيْدٌ (zaidun).
- Dapat didahului oleh حَرْفُ الجَرّ (ḥurful jar / huruf jar).
2. Fi’il (فِعْل)
Untuk fi’il, penulis memberikan enam ciri yang mencakup seluruh jenisnya (madhi, mudhari’, dan amr):
- Dapat didahului oleh قَدْ (qad), yang bisa masuk pada fi’il madhi maupun mudhari’.
- Dapat didahului oleh سَـ (sin), yang khusus untuk fi’il mudhari’ dan menunjukkan waktu dekat.
- Dapat didahului oleh سَوْفَ (saufa), yang juga khusus untuk fi’il mudhari’ dan menunjukkan waktu yang lebih jauh.
- Dapat didahului oleh حَرْفُ الجَزْمِ (ḥurful jazmi / partikel yang menjazamkan), contoh: لَمْ (lam).
- Dapat bersambung dengan تَاءُ التَأْنِيثِ السَّاكِنَة (tā’ at-ta’nīth as-sākinah), yaitu huruf ‘ta’ mati yang menunjukkan pelaku wanita dan ini adalah ciri khusus fi’il madhi.
- Dapat bersambung dengan نُونُ التَوْكِيدِ (nūn at-taukīd), yaitu ‘nun’ penegas, yang merupakan ciri bagi fi’il mudhari’ dan amr.
3. Huruf (حَرْف)
Ciri utama huruf didefinisikan secara negasi, yaitu:
- Kata yang tidak dapat menerima ciri-ciri isim maupun ciri-ciri fi’il yang telah disebutkan sebelumnya. Definisi ini dianggap paling praktis bagi pemula.
Penulis memberikan tiga contoh huruf yang mengisyaratkan adanya tiga jenis huruf berdasarkan kekhususannya:
- Huruf yang tidak khusus (غَيْرُ مُخْتَصٍّ): Bisa masuk pada isim dan fi’il, seperti هَلْ (hal). Huruf jenis ini biasanya tidak beramal (tidak mengubah harakat akhir).
- Huruf yang khusus untuk Isim (مُخْتَصٌّ بِالاسْمِ): Hanya bisa masuk pada isim, seperti فِي (fī). Huruf jenis ini biasanya beramal.
- Huruf yang khusus untuk Fi’il (مُخْتَصٌّ بِالفِعْلِ): Hanya bisa masuk pada fi’il, seperti لَمْ (lam). Huruf jenis ini juga biasanya beramal.
Penutup
Pertemuan pertama ini memberikan landasan yang kuat dengan memperkenalkan penulis, keistimewaan kitab, serta bab fundamental mengenai pembagian kata dalam bahasa Arab. Metode penulis yang praktis dan fokus pada contoh diharapkan dapat memudahkan proses belajar, terutama bagi pemula.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh