Dauroh Syar’iyah: Kitab Tazhimus Sunnah #1

Dauroh Syar’iyah: Kitab Tazhimus Sunnah #1

1. Khutbatul Hajah (Pembukaan)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَمَّا بَعْدُ.

Alhamdulillah, kita memuji Allah ﷺ dengan sebanyak-banyak pujian. Karena Dialah Allah ﷺ yang Maha Sempurna, yang memiliki nama-nama yang paling baik (al-Asma’ul Husna), dan yang memiliki sifat-sifat yang paling tinggi. Seluruh nikmat dan juga karunia adalah dari Allah ﷺ semata, baik nikmat yang terlihat (zhahirah) maupun yang tidak terlihat (bathinah). Sebagaimana firman Allah ﷺ:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ

Artinya: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah-lah (datangnya).”

Selawat dan salam semoga senantiasa Allah ﷺ limpahkan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai akhir zaman.


2. Pengantar Dauroh dan Kitab

Insyaallah, pada awal tahun pelajaran 2025-2026, kita akan bersama-sama mempelajari sebuah kitab yang bisa kita katakan legendaris, yang dahulu di awal-awal tersebarnya dakwah kembali kepada sunnah Nabi ﷺ. Kitab ini banyak dibaca dan diajarkan oleh para asatizah ahlusunah, yaitu kitab Tazhimus Sunnah.

Dakwah kepada sunnah dan kembali kepada agama yang murni dengan pemahaman para salafus saleh telah tersebar di penjuru dunia. Kajian kali ini tentunya sebagai pengingat kembali bagi kita semuanya untuk mengagungkan sunnah Nabi ﷺ, terutama di zaman yang penuh dengan fitnah syubhat maupun fitnah syahwat.

A. Mengenal Kitab dan Penulis

  • Judul Kitab: Tazhimus Sunnah wa Mauqifu as-Salafi mimman ‘Arradhaha awistahza-a bisyai-in minha (Pengagungan terhadap Sunnah dan Sikap Salaf terhadap Orang yang Menentang atau Mengolok-oloknya).
  • Penulis: Fadhilatus Syaikh Abdul Qayyum As-Suhailbani hafidzahullah. Beliau adalah seorang ahlul ‘ilmi, putra dari seorang ahlul ‘ilmi, dan merupakan seorang dosen di Fakultas Hadis, Universitas Islam Madinah.

B. Pentingnya Mengagungkan Sunnah (Takzimus Sunnah)

  • Makna Sunnah: Sunnah secara umum adalah cara dan jalan hidup Nabi ﷺ yang mencakup akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Sunnah adalah wahyu dari Allah.
  • Pengagungan Melahirkan Ketaatan: Pengagungan (takzim) terhadap wahyu adalah bagian dari pengagungan terhadap Allah. Dari pengagungan inilah akan muncul ketaatan dan ketundukan. Sebaliknya, jika seseorang meremehkan sunnah, maka akan berpengaruh pada keinginannya untuk mengamalkan.
  • Sikap Para Salaf: Para salaf sangat mengagungkan sunnah. Kalau sudah tahu sesuatu adalah Al-Qur’an atau hadis, maka sikap mereka berubah. Mereka mengambil sikap yang keras terhadap siapapun yang menentang atau mengejek sunnah, meskipun itu keluarga sendiri.

3. Pembacaan Kitab Dimulai

A. Pujian (Taqrid) dari Syekh Muhammad al-Mukhtar As-Syinqiti

Kitab ini diberi taqrid (semacam komentar atau pujian) oleh Syekh Muhammad bin Muhammad al-Mukhtar As-Syinqiti hafidzahullah. Beliau adalah seorang pengajar di Masjid Nabawi, khatib di Masjid Quba, dosen di Universitas Islam Madinah, seorang faqih, dan anggota Haiah Kibaril ‘Ulama (Dewan Ulama Senior).

B. Mukadimah Penulis

Penulis memulai kitabnya dengan khutbatul hajah yang diawali dengan tiga ayat dari Surah Ali Imran, An-Nisa, dan Al-Ahzab.

(Catatan tentang Khutbatul Hajah: Membacanya setiap ceramah bukanlah sebuah kewajiban. Meyakininya wajib justru merupakan bid’ah. Meninggalkannya karena benci terhadap isinya juga berbahaya. Seorang da’i harus bijaksana; jika audiensnya awam dan bisa salah paham, maka boleh menggantinya dengan pujian lain kepada Allah dan selawat kepada Nabi ﷺ).

C. Tujuan Diutusnya Rasulullah ﷺ

Maka sesungguhnya Allah ﷺ mengutus rasul-Nya, Nabi Muhammad ﷺ, kepada seluruh umat manusia dalam rangka:

  1. Menjelaskan kepada mereka Al-Qur’an yang telah diturunkan.
  2. Mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang.
  3. Membimbing dan memberi petunjuk kepada mereka kepada jalan yang lurus.

Dan Allah ﷺ mewajibkan atas mereka untuk mentaati Nabi Muhammad ﷺ, mencintainya, menghormatinya, dan mengagungkannya.

D. Teladan Para Sahabat dan Salaf dalam Mengagungkan Sunnah

Para sahabat dan para tabi’in berjalan di atas jalan ini. Mereka sangat mencintai (muhibbin) dan sangat taat (tha’i’in) kepada Rasulullah ﷺ. Sunnah, ucapan, dan petunjuk beliau selalu mereka dahulukan di atas ucapan seluruh manusia.

Mereka membela sunnah Nabi ﷺ mati-matian, lebih dari menjaga diri, harta, dan keluarga mereka. Jika mereka melihat seseorang menentang atau bahkan mengejek-ngejek sunnah, baik sengaja maupun tidak, mereka akan bersikap tegas:

  • Mencela perbuatan tersebut (wabbakuhu).
  • Mengingatkan dengan keras (zajaruhu).
  • Memboikotnya atau menghajarnya (hajaruhu).
  • Bahkan terkadang sampai memukul atau membunuhnya (jika perbuatannya sampai pada tingkat riddah/murtad atau sebagai hukuman ta’zir dari penguasa).

E. Kondisi di Akhir Zaman

Ketika zaman semakin jauh dari zaman kenabian, iman mulai melemah, dan sifat wara’ (kehati-hatian dalam agama) semakin sedikit. Banyak manusia menjadi berani berbicara berdasarkan hawa nafsunya, tanpa ilmu, dan dengan sesuatu yang tidak diridai oleh Allah dan Rasul-Nya. Di zaman kita ini, zaman fitnah, kita melihat banyak perkara aneh dan kemungkaran besar.

F. Bahaya Mengolok-olok Sunnah

Di antara kemungkaran tersebut adalah mengolok-olok sunnah Rasulullah ﷺ, seperti menghina:

  • Orang yang memelihara jenggotnya.
  • Orang yang mengangkat pakaiannya di atas kedua mata kaki.
  • Hijab atau cadar wanita.
  • Siwak.
  • Shalat menghadap sutrah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ

Artinya: “Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, yang ia tidak pedulikan, ternyata kalimat itu menjerumuskannya ke dalam neraka Jahannam.”

Mengolok-olok agama (istihza’) adalah sebuah kekufuran yang mengeluarkan seseorang dari agamanya, walaupun niatnya hanya bermain-main atau bercanda.

G. Tujuan Penulisan Kitab

Oleh sebab itu, penulis mengatakan, “Saya berusaha menulis ringkasan ini dalam rangka ikut serta memberikan peringatan dari fenomena yang buruk ini, mengingatkan akan keburukannya, dan menjelaskan sikap seorang muslim terhadap orang-orang yang mengolok-olok tersebut.”


Penutup Sesi Pertama

Shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajmain.

#Prolog

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ’anhu. Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu secara langsung dengan melenyapkan ilmu itu dari manusia. Akan tetapi, Allah mencabut ilmu dengan mencabut nyawa para ulama. Sehingga apabila Allah tidak menyisakan orang berilmu lagi, orang-orang pun mengangkat para pemimpin yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.’” (HR. Bukhari)

Sumber: https://muslim.or.id/93486-malapetaka-akhir-zaman.html
Copyright © 2025 muslim.or.id