Kajian Kitab: As-Sirah An-Nabawiyah Ash-Shahihah #4
1. Mukadimah: Kedudukan Keluarga Nabi ﷺ
Setelah sebelumnya kita telah mempelajari, mendengar, dan mengetahui bersama tentang bagaimana kedudukan keluarga Nabi ﷺ dan orang-orang Quraisy yang begitu tinggi di kota Mekkah; bagaimana mereka yang melayani para jemaah haji, memberikan minum, memberikan makan, dan mengurus Ka’bah yang merupakan keyakinan orang-orang Arab saat itu. Insyaallah kita lanjutkan, masih berkaitan dengan kedudukan keluarga Nabi ﷺ di antara penduduk Mekkah dan orang-orang Arab secara umum.
Kita akan belajar tentang biografi orang yang paling berjasa di dalam kehidupan kita, orang yang paling mulia di sisi Allah ﷺ. Kita tunjukkan keinginan kita yang luar biasa untuk mengenal beliau ﷺ lebih dari keinginan kita untuk mengetahui sejarah dan biografi manusia-manusia yang lain.
2. Kondisi Sosial-Politik Quraisy Pra-Islam
Sesungguhnya keluarga Rasulullah ﷺ telah menempati kedudukan sosial yang khusus di Mekkah ketika munculnya Islam.
A. Status Ekonomi Keluarga Nabi ﷺ
Meskipun keluarga beliau memiliki kedudukan tinggi, dari sisi harta dunia mereka adalah pertengahan, atau bahkan mungkin lebih rendah daripada pertengahan di kalangan para pedagang Mekkah. Mereka bukan orang-orang yang paling kaya raya. Saat itu, kekayaan dipegang oleh kabilah-kabilah seperti Bani Abdus Syams, Bani Naufal, dan Bani Makhzum.
B. Perpecahan Politik: Al-Mutayyibun dan Al-Ahlaf
Persaingan untuk menguasai Mekkah di antara kabilah-kabilah Quraisy sudah mulai terjadi sejak zaman anak-anak Qushay, yang akhirnya menjadikan kabilah Quraisy terbagi menjadi dua kelompok besar:
- Al-Mutayyibun (الْمُطَيِّبُوْن): Terdiri dari Banu Abdi Manaf (kabilah Rasulullah ﷺ) dan sekutu mereka (Banu Asad, Banu Zuhrah, Banu Taim, dan Banu al-Harits).
- Al-Ahlaf (الْأَحْلَاف): Terdiri dari Banu Abd ad-Dar dan sekutu mereka (Bani Sahm, Bani Jumah, Bani Makhzum, dan Bani ‘Adi).
C. Rivalitas Internal dan Dampaknya pada Dakwah
Persaingan juga terjadi di dalam satu kelompok, seperti yang terjadi antara Umayyah bin Abdus Syams dengan pamannya, Hasyim bin Abdi Manaf. Persaingan ini kemudian turun-temurun kepada anak-anak mereka, yaitu Harb bin Umayyah dengan Abdul Muthalib bin Hasyim (kakek Rasulullah ﷺ). Rivalitas inilah yang nanti menjadi salah satu sebab mengapa sebagian dari mereka menolak kenabian dari kalangan Bani Hasyim (keturunan Abdul Muthalib).
D. Stabilitas Mekkah vs. Konflik Madinah
Keamanan dan kedamaian di Mekkah menjadikan para pembesarnya berada dalam posisi yang stabil. Ini berbeda dengan para pemuka di Madinah (kabilah Aus dan Khazraj) yang habis karena peperangan internal yang diadu domba oleh orang-orang Yahudi. Justru karena kestabilan para pemuka Quraisy inilah, perlawanan mereka terhadap dakwah Islam di awal menjadi sangat keras.
3. Tokoh-Tokoh Pemuka Quraisy di Masa Awal Islam
A. Para Penentang Dakwah
Berikut adalah beberapa tokoh pemuka Mekkah yang menentang dakwah saat Nabi ﷺ diutus:
- Al-Aswad ibnul Muthalib dan Al-Aswad bin Abdi Yaghuts az-Zuhri: Keduanya termasuk orang yang paling diagungkan di zaman jahiliyah dan termasuk yang paling sering mengolok-olok Rasulullah ﷺ beserta para sahabatnya.
- Abu Jahal (Amr bin Hisyam al-Makhzumi): Dikenal sangat memusuhi Islam, menghalangi manusia dari dakwah, dan menyiksa kaum muslimin yang lemah.
- Al-Walid bin al-Mughirah al-Makhzumi: Ayah dari Khalid bin Walid, dikenal sangat kaya, sombong, dan termasuk salah satu yang paling banyak mengolok-olok Islam.
- Abu Sufyan (Sakhr bin Harb): Pemimpin kafilah dagang Quraisy dan pemimpin Makkah dalam peperangan. Ia termasuk orang yang paling keras memusuhi dan menghalangi Islam hingga akhirnya masuk Islam saat Fathu Makkah (tahun 8 Hijriah).
- Abu Lahab (‘Abdul ‘Uzza bin Abdul Muthalib): Paman Rasulullah ﷺ, termasuk pemuka Mekkah yang permusuhannya kepada Islam sangat dikenal hingga Allah menurunkan surat khusus tentangnya.
- Tokoh lainnya: Al-Harits & Amr (anak-anak al-Mughirah), Hakim bin Hizam, Al-Hakam bin Abil ‘Ash, Abu Umayyah Sa’id bin al-‘Ash, ‘Amr bin Abdi Wud, Suhail bin ‘Amr, Al-Harits bin Qais, dan ‘Utbah bin Rabi’ah.
B. Para Pendukung Dakwah
Adapun pemuka Quraisy yang masuk Islam atau membela Islam di periode Mekkah adalah:
- Abu Thalib: Paman Nabi ﷺ yang membela Islam, meskipun tidak masuk Islam.
- Hamzah bin Abdul Muthalib: Paman Nabi ﷺ yang masuk Islam dan menjadi pembesar kaum muslimin.
- Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib: Paman Nabi ﷺ yang pada periode Mekkah belum masuk Islam, tetapi tidak memusuhi.
- Abu Bakar ash-Shiddiq: Termasuk pemuka Quraisy yang suaranya didengar dan masuk Islam.
- ‘Umar bin al-Khattab: Juga termasuk pemuka Quraisy yang masuk Islam.
4. Kondisi Keagamaan (Al-Hayatud Diniyah) di Mekkah
A. Awal Mula Tauhid di Mekkah
Penduduk pertama Mekkah adalah Hajar dan anaknya, Nabi Ismail ‘alaihissalam. Setelah munculnya sumur Zamzam, datanglah kabilah Jurhum dan meminta izin untuk tinggal. Setelah Ismail dewasa, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam datang dan meninggikan kembali pondasi Ka’bah, rumah pertama yang dibangun untuk beribadah kepada Allah. Generasi-generasi pertama di Mekkah setelah dibangunnya Ka’bah berada di atas ajaran tauhid.
B. Masuknya Kesyirikan oleh ‘Amr bin Luhay al-Khuza’i
Seiring berjalannya waktu, akidah tauhid mulai lemah. Kitab-kitab sejarah mengisyaratkan adanya peran seorang pembesar dari kabilah Khuza’ah yang bernama ‘Amr bin Luhay al-Khuza’i. Ia adalah orang yang pertama kali membawa praktik penyembahan berhala ke Jazirah Arab.
- Ia melihat praktik ini di Syam, menganggapnya baik, lalu membawa patung pertama yaitu Hubal ke Mekkah dan meletakkannya di atas Ka’bah.
- Karena ia seorang pembesar, ajakannya diikuti hingga akhirnya terdapat 360 patung di sekitar Ka’bah.
- Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku melihat ‘Amr bin Luhay menyeret-nyeret ususnya di dalam neraka.” (HR. Bukhari & Muslim)
C. Bid’ah dalam Agama
‘Amr bin Luhay juga yang pertama kali melakukan tasyibus sawa’ib, yaitu membuat bid’ah dengan membebaskan unta-unta tertentu dan mengharamkannya untuk dinaiki atau dimanfaatkan sebagai persembahan untuk berhala. Ini adalah contoh mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, dan jika disertai nazar kepada selain Allah, maka ini adalah kesyirikan.
5. Sesi Tanya Jawab & Nasihat Menyambut Ramadan
Pertanyaan 1: Banjir Nabi Nuh
“Apakah banjir Nabi Nuh meliputi seluruh muka bumi atau hanya tempat tertentu saja?”
Jawaban:
Banjir yang terjadi di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam mencakup seluruh bumi. Semua orang kafir meninggal dunia, tidak ada yang selamat kecuali orang-orang yang beriman di dalam bahtera Nabi Nuh. Al-Imam Malik rahimahullah mengumpamakan sunnah ini seperti bahtera Nabi Nuh; barang siapa menaikinya, ia selamat, dan barang siapa enggan, ia akan tenggelam.
Nasihat Menyambut Ramadan:
- Bergembira: Sambutlah bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan.
- Bertaubat: Bersihkan diri dari segala dosa dan maksiat.
- Mempersiapkan Ilmu: Pelajari kembali hukum-hukum terkait puasa, tarawih, dan ibadah lainnya.
- Bertekad Kuat: Niatkan agar Ramadan tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
- Berdoa: Minta kepada Allah agar disampaikan ke bulan Ramadan dalam keadaan sehat.
- Memperbanyak Ibadah: Mulai pemanasan dari sekarang di bulan Sya’ban dengan memperbanyak puasa dan membaca Al-Qur’an.
6. Penutup
Kita berdoa kepada Allah semoga Allah memudahkan kita untuk bertemu dengan Ramadan dalam keadaan sehat dan memudahkan kita untuk melakukan puasa, salat tarawih, dan amal-amal saleh yang lain di bulan tersebut. Barakallahu fiikum.